Perkenalkan aku, namaku Guntur umurku 34 tahun dengan tinggi badan 172
cm dan berat badan 65 kg. Wajahku tidak begitu ganteng, dan kulitku
kecoklatan tapi lumayan terurus. Aku kini bekerja sebagai Manager di
salah satu perusahaan di Kalimantan.
Kejadian ini terjadi sekitar 10 tahun yang lalu, waktu itu aku masih
berusia 24 tahun. Saat itu aku bekerja sebagai Asisten kebun di sebuah
perkebunan karet dan membawahi 60 orang karyawan. Sebagian besar
karyawanku adalah pendatang dari Jawa, baik dari Jabar, Jateng maupun
Jatim. Dari 60 orang tersebut 40 orang adalah perempuan. Dan bawahanku
yang disebut mandor ada 5 orang dimana salah satunya adalah perempuan.
Sebagai Asisten kebun, aku harus tinggal di lokasi kerja dimana
dibuatkan sebuah rumah semi permanen untukku sedangkan karyawan serta
mandorku tinggal di perumahan panjang berpintu 5. Jarak antara tempat
karyawanku dengan rumah dinasku sekitar 100 meter.
Mandor perempuanku bernama Lianah, dia adalah seorang janda berumur 26
tahun, mempunyai anak satu berumur 3 tahun dan mereka tinggal bersama
ibunya yang sudah tua. Sejak aku datang 6 bulan yang lalu dia merupakan
mandor sekaligus induk semangku karena aku ikut makan di tempat dia
sebab perusahaan tidak menyediakan makan karyawannya.
Lianah berasal dari Jawa Timur, dia merupakan anak transmigran daerah
setempat yang berjarak 20 km dari perkebunan, dia merupakan wanita yang
mandiri, wajahnya sebenarnya manis tapi tertutupi oleh bedak dingin dan
pakaian lengan panjang yang dipakainya setiap kerja. Bila dirumah dia
terlihat cantik dan kulitnya sawo matang dengan rambutnya yang lurus dan
panjang disertai bodinya yang tinggi langsing sekitar 165 cm dengan
berat sekitar 45 kg, tidak memperlihatkan bahwa dia adalah perempuan
desa yang sudah mempunyai anak.
Kata karyawannya dia juga agak galak dan sering marah-marah bila
karyawannya salah dalam mengerjakan pekerjaannya. Tapi saat aku ke
rumahnya, dia merupakan wanita yang manis dan lemah lembut.
Suatu ketika sehabis gajian aku pergi ke kota kabupaten yang berjarak
sekitar 40 km dari tempatku bekerja untuk membeli keperluan bulanan dan
beberapa potong baju mengendarai motor yang merupakan fasilitas dari
perusahaan. Setelah lelah berputar-putar, aku makan di sebuah warung
makan. Saat aku makan, datanglah Lianah dan anaknya untuk makan dan
langsung aku sapa untuk duduk di depanku. Saat itu dia membawa tas
belanja besar dan berisi sayuran, ikan, ayam dll.
Sambil makan akupun bertanya padanya
“Belanjaannya banyak betul, mau ada acara kah?” Tanyaku
“Nggak pak, hanya kebutuhan untuk 2 minggu biar tidak bolak balik ke pasar. Bapak belanja juga ?” tanyanya
“Iya nih, biasa belanja bulanan juga ama baju, soalnya beberapa bajuku
udah perlu diganti dan ada yang robek. Oya pulang naik apa ? “ tanyaku
sambil melahap ikan bakar dan teh es.
“Pulang naik angkutan pak, tapi sudah jam segini takutnya sudah nggak
ada lagi, makanya makanannya dibungkus saja” jawabnya polos.
Maklum, di sini tidak seperti di jawa, angkutan pedesaan paling hanya
sampai jam 15.00 itupun hanya ada 4 unit mobil saja dan menunggu
penumpang sampai penuh dahulu baru kemudian berangkat.
“Ibu…cika lapar, makan dulu yah kaya pak Gun” ujar Cika, anak Lianah
“Aduh, jangan sayang, nanti kita kehabisan mobil dan tidak bisa pulang” jawab Lianah pada anaknya
“Lia, mending makan dulu saja, nanti pulang bareng saya aja naik motor,
kan lebih fleksibel” kataku pada Lianah karena kasihan pada anaknya
“Enggak pak, takut merepotkan bapak” Jawabnya
“Nggak papa kok, lagipula aku sendirian, dan butuh teman ngobrol selama perjalanan” Jawabku
Akhirnya Lia dan anaknya makan di warung makan itu. Cika terlihat makan dengan lahapnya seperti sudah kelaparan.
Setelah selesai makan, aku bayar semua makanan yang kami makan, lalu aku
ajak mereka untuk membeli beberapa barang yang belum kubeli. Lia juga
membeli kebutuhannya yang belum terbeli. Ketika di toko pakaian, aku
bermaksud membeli celana dalam dan Lia terlihat memilih BH. Setelah
membayar barang yang aku beli, aku hampiri Lia yang sepertinya bingung
memilih BH.
“Ukuran yang 36 B ada mbak?” tanyanya kepada penjaga toko
“Gede juga punyamu” kataku
“Hehehe…Bapak tau aja, punya pacar Bapak gede juga kan?” tanyanya sambil tersenyum
“Aku belum punya pacar kok, baru 1 tahun lulus kuliah, belum mikir masalah itu” jawabku
“Belum punya disini ya, tapi di Jawa sudah ada yang nunggu” katanya sambil menggoda
“Yah….dibilangin jujur malah tidak percaya. Kalo kamu gimana? Dah ada yang ngelamar belum?” tanyaku untuk menggoda dia.
“Belum ada pak, mana ada yang mau sama saya. Saya kan janda, lagipula
semua karyawan laki laki kan sudah punya istri semua” jawabnya spontan
“Memang belum kalo di kebun, tapi di luar kebun udah ada yang nunggu. Juragan lagi” jawabku sambil menggoda lagi
“Iya bener pak, sumpah” jawabnya
“Asyik…bisa dong…..” tanyaku
“Bisa apa pak?” tanyanya
“Bisa deketin kamu dong” jawabku spontan
“He..he..he….” jawabnya sambil mengeluarkan uang untuk membayar BH tersebut
Dari raut mukanya, dia tersipu malu dan pipinya memerah. Aku tahu bahwa
dia pasti merindukan kehangatan laki-laki, apalagi sudah 2 tahun
menjanda. Setelah itu kamipun bergegas untuk pulang karena mendung sudah
menggantung di langit dan kami takut kehujanan karena bila hujan, jalan
di kebun menjadi licin walaupun kearah tempatku banyak yang sudah
diberi batu.
Setelah menempuh ½ perjalanan, gerimis pun datang dan tak lama kemudian
bertambah deras. Sehingga aku harus mencari lokasi berteduh. Untungnya
ada sebuah pondok dibalik rimbunnya pepohonan pinggir jalan. Akupun
menuju pondok itu dan rupanya sebuah rumah bekas transmigran. Pondok itu
sudah kelihatan kotor dan jarak dari jalan raya sekitar 20 meter serta
tertutup beberapa pohon buah didepannya.
Setelah mengangkat cika ke teras rumah tersebut, aku membantu Lia untuk
membawa belanjaannya ke teras. Untung teras rumah tersebut mempunyai
bangku yang lebar sehingga enak untuk nongkrong. Saat itu jam 16.30 tapi
kelihatan gelap karena hujan deras dan mendung. Tak lama setelah kami
duduk dan ngobrol, cika pun tertidur pulas diatas jaketku.
“Enak bener si Cika yach, dimanapun bisa tidur” kataku pelan
“Iya pak, dia gampang tidurnya, kadang kadang jam 8 malam sudah tidur” jawabnya
“Kalo ibunya gampang ngga tidur?” tanyaku
“Kalo saya 2 bulan ini agak susah tidur pak, nggak tau kenapa” jawabnya
“Kalo itu butuhnya ditiduri dulu baru bisa pulas tidur. Ha..ha…ha” tawaku
“Ah, bapak ini bisa aja, tapi sama siapa” jawabnya pelan
Sambil merapatkan posisi dudukku ke badannya akupun memeluk pinggang
Lia. Dia tidak menolak dan malah merapatkan dadanya ke bahuku. Aku pun
langsung bereaksi, dan kukecup bibir lia, dia juga membalas kecupanku.
Tak lama kemudian, bibir kami sudah beradu dan lidah lami saling
melilit. Tanganku pun menjamah payudaranya yang kenyal dan kemudian
menelusupkan tanganku di dalam bajunya. Diapun membalas dengan memegang
kemaluanku yang sudah tegak seperti monas tapi masih tertutup oleh
celana jeans.
Lama lama gairah kami memuncak dan aku lihat bahwa pintu rumah tersebut
tidak terkunci rapat dan bisa aku buka. Aku tarik Lia ke dalam rumah dan
di dalam rumah aku lihat ada karpet plastik kecil tergulung. Langsung
aku buka karpet itu dan kemudian aku kembali mencium bibir Lia. Setelah
itu, aku buka baju dan BH yang dia pakai. Dia pun tak kalah sigap,
tangannya membuka celanaku dengan cepat.
Sambil berdiri, aku hisap payudara Lia dan tanganku membuka celana
jeansnya. Terlihat celana dalam warna krem berenda yang kelihatan tidak
muat dipinggangnya. Tubuh Lia terlihat ramping tidak tampak adanya lemak
di pinggang dan perutnya.
Setelah itu tanganku mencari celah pangkal pahanya ternyata sudah basah
sekali celana dalamnya. Tangan Lia membuka celana dalamku dan “jreenggg”
terpampanglah adik kecilku yang berukuran 16 cm dengan diameter 3,5 cm
sudah tegak dan siap melaksanakan tugasnya. Lia kemudian mengocok lembut
penisku. Tak kusangka, walaupun seorang mandor yang kerja di kebun
karet tangannya halus dan lembut.
“Akhh…enak Lia” kataku
“Punya bapak besar dan panjang, keras lagi, beda jauh dengan mantan saya, apa cukup di memek saya pak” katanya
“Nanti kita akan tahu Lia…” jawabku
Aku kemudian tak kalah garangnya, kulepas celana dalamnya dan kucari
celah kemaluannya. Jembutnya agak tebal tapi hal itu memberikan sensasi
tersendiri bagiku.
Setelah itu aku gosok kemaluanya dan kucari clitorisnya. Walaupun aku
belum pernah bercumbu dengan perempuan termasuk mantan pacarku, tapi
film blue yang sering aku tontonlah yang menjadi guruku. Setelah aku
gosok clitorisnya perlahan dia terlihat sangat horny dan terangsang.
Kemudian aku baringkan dia di karpet tersebut dan aku sedot lagi payudaranya sambil tanganku mengosok lembut clitorisnya.
“Aduh pak….enak banget pak….” Kata Lia
Kemudian cumbuanku menuju pusar, perut dan akhirnya kemaluannya. Waktu
bibirku akan menuju ke kemaluannya, secara reflek dia menutup dengan
tangannya. Tapi aku tidak kalah kuat, segera aku singkirkan tangannya.
“Jangan pak…..disitu kan kotor….” Kata Lia sambil menahan birahinya
Tapi tak kuperdulikan omongannya dan segera ku kecup kemaluannya dan
kujilat liang memeknya. Kemudian Lia pun takluk dan membiarkan aku
mejilati kemaluannya. Pertama kali kujilat rasanya asin dan baunya agak
menusuk tapi aku acuhkan agar Lia mendapat sensasi yang hebat.
“Oohh.. nikmaatt.. truss..”, dia berkata sambil mendesah ketika lidahku menggelitik daging kecil di atas lobang vaginanya.
Aku terus mempercepat ritme lidahku, badannya semakin bergerak tak
terkontrol. Tanpa sadar tangannya membenamkan kepalaku ke
selangkangannya, aku hampir tak bisa bernapas. Aku mencium aroma khas
vagina dan lidahku terus menjilati klitorisnya.
“Slurp…slurp…slurp” bunyi saat lidahku menjilat memeknya dengan rakus
“Ohh.. Ssshh.. Ukhh”, dia terus mendesah.
“Pak….. ahh….enakk.... ukh….aku mo keluar…..” desahnya
“Ahh..”, terdengar lenguhan panjang dari bibirnya yang mungil.
Kedua tangannya menggenggam kepalaku dengan erat dan vaginanya semakin
basah oleh cairan yang keluar. Dia mengalami orgasme klitoris, yaitu
orgasme yang dihasilkan akibat perlakuan lidahku pada clitorisnya.
“Pak, nikmat sekali….Bapak hebat sekali…..dengan suami saya dulu tidak
pernah seperti ini”, katanya sambil napasnya terengah-engah. Kemudian
aku menarik kepalanya kearah penisku dan Lia bertanya “ mau ngapain lagi
pak?”
“Isep kontolku Lia” jawabku
Liapun mengerti maksudku dan kemudian dia memasukkan kontolku yang sudah
keras seperti batu ke mulutnya yang mungil, sambil memainkan biji
pelerku. Tapi dia belum tahu cara untuk memuaskan penisku dengan
mulutnya.
“Punya bapak keras dan panjang, Lia jadi tak sabar pingin nyoba” kata Lia
“Sebentar sayang, nanti kamu juga akan dapat” jawabku sambil menahan agar spermaku jangan keluar
Setelah 10 menit dioral oleh Lia, aku sudah tak sabar, maka aku
posisikan Lia dibawah dan segera menaiki badannya. Lia pun tau dan dia
segera membuka pahanya lebar-lebar untuk kedatangan adik kecilku yang
sudah sangat tegang.
Beberapa kali aku coba memasukkan penisku tapi seperti tidak mendapatkan
lobang memeknya. Tiba-tiba aku merasakan kemaluanku digenggam oleh
tangannya dan dituntun untuk masuk ke dalam suatu lubang hangat sempit
dan basah oleh cairan pelumas. Ahh… baru pertama kali ini aku merasakan
nikmatnya vagina. Meskipun Lia bukan perawan tapi yang kurasakan
vaginanya sangat sempit, mungkin karena 2 tahun tidak begituan.
"Akhh......paakkkk........." rintih Lia seperti kesakitan
Dengan perlahan aku membenamkan kemaluanku ke dalam vaginanya sehingga
seluruh kemaluanku habis ditelan oleh vaginanya sampai kurasakan ujung
penisku menghantam rahimnya. Aku merasakan nikmat dan geli yang luar
biasa ketika kemaluanku masuk ke dalam vaginanya. Pelan-pelan aku mulai
mengerakkan pantatku maju mundur dan lama-lama semakin cepat.
Cepok……cepok…..cepok….. Suara kontolku ketika beradu dengan memeknya.
“Ooh.., enaaakkkk...pakk….., truss” Lia mendesah.
Sambil menyodok memek Lia, lidah dan bibirku menjilati dan memainkan
bibir, leher, kuping dan payudaranya. Beberapa kali aku sedot putting
susunya yang masih keras dan kenyal tapi aku masih menjaga diri untuk
tidak meninggalkan cupang di badannya, takut terlihat oleh ibunya.
Kuangkat kedua kakinya kebahuku. Aku dapat melihat dengan jelas kontolku
yang bergerak-gerak maju mundur. Berkali-kali penisku mengaduk-aduk
vaginanya sampai mentok di rahimya. Hal ini memebuat Lia sangat
terangsang sambil mengangkat pantatnya.
“Ooh.., Liaaa.., enakk.. banget....” desahku
“Lia jugaa pak….enaakk……”desahnya
Sekitar 15 menit aku menyodoknya, kurasakan memeknya berkedut-kedut, otot-ototnya menegang.
“Aduhh pakkk…….aku.. mau.. keluarr” jeritnya.
Tangannya memeluk erat badanku dan kakinya disilangkan ke pinggangku, tandanya Lia akan segera orgasme
“Akkhh.., akuu.. keluar” Lia menjerit histeris.
Nafasnya memburu. Dan kurasakan memeknya sangat basah, Lia mencapai
orgasmenya. Mandorku yang sehari-harinya agak galak dengan karyawannya
menggelepar merasakan nikmatnya kusetubuhi.
Aku yang masih tanggung, segera menyodok lagi memeknya yang masih basah
dan hangat. Lama-lama Lia juga merasakan birahinya bangkit lagi dan
mengimbangi permainanku. Pinggulnya meliuk-liuk dan berputar. Hal ini
membuat aku kewalahan dan aku imbangi dengan gerakan memutar penisku
berlawanan dengan gerakannya.
“Enak….pak……teruss…….” desah Lia sambil menjilat susuku
Sekitar 15 menit kemudian aku merasakan akan orgasme dan aku mempercepat sodokanku ke memek Lia
“Aku…mauu…keluarr Liaa….” Desahku
“Aku….jugaa..pakk …..” Jawab Lia
Tak lama kemudian aku merasakan spermaku akan keluar aku dan aku
merasakan penisku diurut-urut dan dipilin oleh memek Lia. Memek Liapun
kurasakan berkedut-kedut dan badannya mengejang
“Pak…….Liaaa…kee….luaarr…….” Desah Lia sambil merangkul bahuku dan
menggigit dadaku. Kakinya juga menyilang di pinggulku dengan sangat
erat.
Tidak ada dua menit kemudian, akupun dengan sekuat tenaga kusodok liang
kemaluannya sehingga kumpulan air maniku yang sudah tertahan menyembur
dengan dahsyat. Seerr.. Seerr.. Croott.. Croott….
“Aahh enak sekali Liaa.... Aahh…. Ahh....” kurasakan delapan kali
semprotan spermaku di dalam memek Lia. Selama dua menitan aku masih
menggumuli tubuh Lia untuk menuntaskan semprotan maniku itu. Lalu Lia
membelai-belai rambutku.
“Pakk…..ternyata bapak sangat jantan. Aku sudah puas tiga kali tapi
bapak baru sekali, suamiku dulu tak sekuat bapak, paling 5 menit sudah
keluar” kata Lia
“Kamu juga hebat sayang, memek kamu masih peret dan legit walau sudah punya anak satu” jawabku
“Tapi, tadi aku keluarkan di dalam, apa kamu tidak takut hamil?” tanyaku kemudian
“Biar saja Hamil, toh aku tau lelaki jantan mana yang menghamiliku” jawab Lia santai
Akupun diam dan berfikir, aku tidak mungkin menikahinya karena karierku
belum tentu di perusahaan ini terus, apalagi dengan beberapa tawaran
pekerjaan di perusahaan lain yang menggoda. Paling aku hanya bertahan
disini dalam 2-3 tahun bila tidak ada perubahan.
“Kenapa diam pak, masih mikir kalo aku hamil yach, tenang aja pak, aku sudah pasang implant KB sejak 6 bulan lalu” katanya
“Tidak Lia, aku hanya berfikir kapan lagi kita dapat mengulangi hal ini”
kataku mengalihkan omongan sambil bersorak gembira di dalam hati
“Kapan saja pak, kalo bapak butuh saya siap aja pak, tapi jangan di
perumahan saya, ada ibu dan tetangga. Nggak enak pak kalo ketahuan”
jawab Lia
Setelah itu kami berpakaian dan kulihat jam tanganku, wow…sudah jam
18.00. dan kulihat cuaca di luar, ternyata hujan sudah agak reda dan aku
bersiap-siap untuk pulang dan tak lupa menggulung karpet plastik arena
kami bertempur. Lia juga segera membangunkan anaknya yang tidur
berselimut jaketku.
Akhirnya kami meninggalkan rumah tersebut dan pulang ke perkebunan.
Setelah kejadian minggu itu, berlanjut pada hari rabu siang. Saat itu
aku pulang mengecek pekerjaan para karyawanku pada jam 11.30. Pada hari
itu Lia tidak masuk kerja dengan alasan mens. Ya, perusahaanku taat akan
peraturan tenaga kerja yang ada walaupun pemiliknya merupakan orang
asing. Perusahaan memberikan izin Haid setiap bulan bagi karyawan
perempuan satu hari setiap bulan.
Setelah itu aku langsung ke kantor yang terletak 30 meter dengan
perumahan karyawan. Saat itu aku lihat Lianah sedang mempersiapkan makan
siang untuk diantar ke rumah dinasku. Biasanya ibunya-lah yang
mengantar. Saat itu admin kantorku sedang cuti karena ada keperluan
mendadak sehingga aku yang harus menyiapkan laporan bulanan untuk
dikirim ke kantor besar pada sore hari. Saat sedang serius mengerjakan
laporan, datanglah Lia membawa rantang berisi makan siangku.
Lia memakai kaos kuning dan rok selutut. Dia kelihatan cantik memakai
rok tersebut dan kakinya mulus walau ada bekas luka kecil di dekat mata
kakinya.
“Siang pak, lagi sibuk ya..” kata Lia dengan mesra
“Nggak kok ini hampir selesai. Oya tadi nggak masuk yach” jawabku
“Iya pak, kan ada ijin haid setiap bulan” jawabnya
“Ooo…lagi merah nih yee….” Ledekku
“Nggak kok, aku sudah selesai haid seminggu yang lalu” jawabnya
“Jadi alasan ijin untuk aku ya…” tanyaku mesra (maksudku untuk melayani aku di siang hari ini)
“Ah…Bapak tau aja. Aku udah rindu pak pingin ngerasain kaya hari minggu
itu. Rasanya tidak dapat dilupakan. Dan sehabis itu aku bisa tidur
dengan nyenyak lagi lho” Jawabnya polos
“Sudah sering ngelakuin itu ya pak ama pacar atau wanita lain” tanyanya lagi
“Aku belum pernah begituan kecuali sama kamu kemarin” jawabku
“Iya kah pak….bohong ah….” Katanya
“Bener kok , sumpah….” Kataku
“Jadi….jadi…aku yang dapat keperjakaan bapak yah? “ tanyanya
“Iya, tapi aku tidak nyesel kok. Malah enak diajarin ama kamu” jawabku
“Belajar dari aku? nggak kebalik pak. Kayaknya Bapak sudah pengalaman aku aja sampe keok tiga kali” katanya
“Ha….ha…ha….itulah hasil dari nonton film blue yang aku dulu sering lihat “ jawabku
“Oo…..makanya bapak sangat pintar merangsang dan membangkitkan gairahku
yang sudah lama terpendam. Oya, makanannya diletakkan dimana? Dirumah
atau mau makan disini kalo sibuk” tanyanya
“Dirumah saja, ngga enak makan disini apalagi sebentar lagi jam istirahat” jawabku
“Ya sudah, Lia antar ke rumah ya, sekalian mau membersihkan rumah bapak” katanya
Akupun menganguk, mengiyakan tawaran Lia. Liapun berjalan kearah rumah
dinasku yang berjarak sekitar 60 meter dari kantor dan lama-lama
menghilang tertutup lebatnya pohon rambutan yang ada di sekitar kantor.
Memang, saking asri dan lebatnya pohon, rumah dinasku tidak begitu
terlihat apalagi dari perumahan karyawan.
Akupun menganguk kepadanya. Tepat pukul 12.05 selesai juga laporan
tersebut. Aku pun meluncur ke rumah dinasku. Sampai dirumah, aku kunci
pintu depan dan kulihat Lia sedang mencuci piring yang kotor di dapur.
Dapur tersebut tertutup dinding penyekat ruang tamu dan ruang nonton TV
sehingga tidak terlihat dari luar. Aku lalu berjalan menuju dapur untuk
minum. Tapi begitu melihat bodi Lia hasratku langsung naik tinggi.
Langsung saja aku peluk Lia dari belakang dan aku cium leher dan
kupingnya serta tanganku meremas payudaranya. Lia mengelinjang dan
mendesah ketika merasakan pelukanku.
“aahh…pak…..enakkk….” desahnya
Bau wangi dari badannya menandakan Lia baru mandi sebelum mengantarkan makan siangku.
Kemudian aku membalik badannya dan mencium bibirnya dengan penuh nafsu.
Kamipun saling beradu mulut dan lidah dengan hebatnya. Nafsu kami sudah
sampai ke ubun-ubun dan pingin menuntaskan hasrat bercinta kami.
Tanganku langsung membuka kaos dan BH Lia sehingga terpampanglah
payudaranya yang lumayan besar dan sangat mulus. Hal ini baru kusadari
saat itu karena saat hari minggu, cahaya yang ada tidak begitu terang.
Dengan posisi berdiri aku sedot payudaranya dan mengangkat salah satu
kaki Lia ke kursi yang ada di dapur itu. Tangan kananku langsung mencari
celah kemaluan yang masih ditutupi celana dalam tapi sudah basah oleh
cairan pelicin dari memeknya. Sedang tangan kiriku memeluk erat
badannya. Setelah dapat, aku gosok celana dalamnya lembut dan dia tambah
mengelinjang hebat. Bibirku langsung disedotnya penuh nafsu, dan
tangannya sibuk membuka celana kerjaku. Setelah membuka resleting
celanaku tangan Lia meremas penisku yang masih tertutup celana dalamku.
Setelah pemanasan sekitar 10 menit, dia bertanya “Pak, mau makan nasi dulu apa makan Lia dulu”
“Makan Lia dulu deh, abis enak betul dan wangi” jawabku
Aku pikir siang ini jangan terlalu lama untuk ngentot dengan dia karena
jika terlalu lama pasti menimbulkan pertanyaan dari ibunya.
Setelah itu aku tarik dia ke kamarku dan langsung aku kunci pintu kamar
serta aku tutup korden jendela agar aman dari intipan orang. Lalu aku
turunkan rok dan celana dalam Lia dan aku dorong Lia ke springbed yang
ada, tapi posisi kakinya menjuntai ke lantai. Aku lalu melepas baju,
celana dan celana dalamku sehingga penisku yang sudah tegak mengacung
terlihat gagah.
Setelah itu aku lalu mempermainkan kemaluannya yang sudah mengeluarkan
lendir cintanya. Dengan lidah dan bibirku aku mempermainkan lubang
kenikmatannya. Kakinya aku tekuk dan aku angkat ke pinggir springbed,
sehingga memeknya yang berwarna merah muda dan sudah basah terlihat
jelas olehku. Jembutnya yang tebal sudah dipotong rapi dan ternyata
kulit sekitar kemaluan dan pangkal pahanya sangat bersih dan kuning,
sangat terawat.
Akupun langsung menjilati memeknya
“Slurpp…slurp….” Bunyi lidahku saat menjilati kemaluannya
Ternyata aroma kemaluan Lia sangat wangi, berbeda dengan saat pertama
kali aku menikmatinya. Hal ini mungkin pengaruh sabun kewanitaan yang
dipakainya saat mandi pikirku.
Setelah mempermainkan lubang kemaluan dan clitorisnya aku pun sudah tak
tahan untuk menancapkan penisku ke memeknya. Saat itu rintik hujan turun
dan mendukung acara kami. Lia aku dorong ke tengah springbed dan akupun
langsung menindih badannya.
Setelah memposisikan badanku diatas badannya, akupun mulai menurunkan
penisku kearah memek Lia. Tangannya membimbing penisku untuk masuk ke
lubang kenikmatannya.
Sesaat kepala penisku kugesekkan ke bibir memeknya, kemudian dengan
sedikit ditekan, dan, sedikit demi sedikit masuk seluruhnya ke dalam
liang vaginanya.
“Ouh…..ahh……, terus pakk…….. lebih dalam…..! Ahh…., ahh..!” desahnya mengikuti gerakan masuknya batang kejantananku.
Aku pun semakin bersemangat menyodokl memknya sampai mentok di rahimnya.
Sementara lidahku tidak lepas menjilati puting payudaranya yang
mengencang.
“Terus….terus…pak….. enak.., nikmatt.., ah.., ah..!” ucapannya sudah terdengar tidak karuan.
“Ah..aah..nikmat sekali….tekan lebih kuat paakkk..,lebih dalam….” Desahnya lagi
Sesekali dia menggoyang pinggulnya, dan ohh.., benar-benar luar biasa
goyangan pinggulnya, punyaku seperti ditarik dan diurut-urut di dalam
vaginanya. Suara becek yang diakibatkan sodokan penisku dan basahnya
kemaluan lia semakin keras. Tapi masih tertutupi oleh suara hujan yang
mengguyur atap rumahku.
“Cepok…cepok…cepok…bunyi sodokan penisku ke memek Lia
Sekitar 10 menit dengan posisi tersebut, Lia ternyata sudah hampir
orgasme. Dinding memeknya berkedut-kedut, kemaluanku terasa
dipilin-pilin dan disedot-sedot oleh kemaluan Lia dengan hebatnya.
“Ahhh….pak…..Lia….keluar……” jerit Lia
Badan Lia mengejang hebat, tangannya memeluk erat badanku dan kakinya
menyilang di pinggangku. Sodokanku aku hentikan sementara untuk
memberikan waktu bagi Lia untuk meresapi orgasmenya yang pertama.
Sebentar kemudian, aku mengeluarkan kemaluanku yang masih menegang.
“Lia, sekarang kita rubah posisi ya..? Pasti lebih nikmat..!” kataku ingin mencoba gaya lain.
“Posisinya gimana pak….?” dia bertanya balik.
“Lia menungging saja, dan membelakangi saya….” saranku memberi penjelasan, dia menurut saja.
Lia sudah mengambil posisi seperti itu dan aku dapat melihat celah
memeknya mengintip dari belakang. Dengan memegang kemaluanku yang tegang
dan basah akibat cairan orgasmenya, kuarahkan ke celah itu. Dengan
sedikit tekanan, kepala penisku masuk, dan masuknya terasa lebih sempit
dari yang tadi. Sengaja tidak kumasukkan seluruhnya dan kutanya
kepadanya,
“Gimana..? Lebih enak kan..?” kataku.
“Ehe.. ahh.. lebih enak dari yang tadi…..ahh….enak…..ahh….” suaranya mendesah lagi.
“Ini belum seluruhnya lho, baru sebagian..!” aku mencoba menggodanya lagi.
“Masukin semua pakk....biar lebih enak lagi..!” pintanya.
Dengan menekan lebih kuat, maka kemaluanku masuk seluruhnya sampai
mentok. Dan ohh….betapa nikmatnya, serasa berada di awang-awang.
“Ah…oh… aah….nikmat sekali…….tekan lebih dalam……” racaunya
Beberapa kali dia menggoyang pinggulnya, dan ohh.., benar-benar luar
biasa goyangan pinggulnya, punyaku seperti ditarik dan diurut-urut di
dalam vaginanya. Sambil penisku menyodok memeknya, jari tangan kananku
menggosok clitorisnya dan tangan kiriku meremas payudaranya yang kenyal.
Sensasi yang dilakukan kedua tanganku membuat Lia sangat bergairah.
Tangannya meremasi sprei springbed dan kepalanya sesekali terangkat dari
bantal
Sekitar 10 menit aku memaju-mundurkan kemaluanku ke vaginanya, rasanya aku sudah berada di puncak dan mau memuntahkan spermaku.
“Liaa… aku sudah mau keluar nich..!” kataku.
Dia membalas, “Aku juga mau keluar pakk….. kita keluar sama-sama ya..?” pintanya.
Sodokan penisku aku percepat dan berkali-kali mentok sampai ujung rahim Lia.
Dan akhirnya, “ahh…..Liaa…..oohh……oohh…..” dengan erangan panjang, aku memuntahkan spermaku di memeknya
“Crot…croott….” enam kali kurasakan semprotan spermaku ke dalam memek Lia
Bersamaan dengan itu, Lia juga mengerang panjang, “oh…oh….paakk….ah..nikmat…..paakk..”
Kepala Lia mendongak tinggi, tangankupun meremas kedua payudaranya
dengan penuh nafsu. Sementara di memeknya aku merasakan penisku
disemburi cairan vaginanya, terasa begitu hangat.
Setelah itu aku menghempaskan badanku disampingnya. Lia pun berbalik dan
merapatkan badannya ke badanku. Tak terasa jam di dinding kamar
menunjukkan pukul 12. 45 lalu aku dan Lia membersihkan diri di kamar
mandi dan mengenakan lagi pakaian kami. Setelah itu akupun makan dengan
lahapnya ditemani Lia di meja makan. Sementara hujan diluar sudah mulai
reda, dan sinar matahari siang sudah muncul kembali.
Setelah makan, Lia minta ijin untuk kembali ke rumahnya. Akupun lalu
bersiap siap kembali ke kantor. Sesampai di kantor, aku lalu melanjutkan
pekerjaanku untuk membuat laporan harian. Karyawanku belum pulang dari
lokasi kerjanya karena jam kerja kami sampai jam 15.00. Pukul 14.30 Lia
datang kembali ke kantor membawa pisang goreng dan membuatkan secangkir
kopi yang ada di dapur kantor.
Sore itu Aku, Lia dan mandor yang lain mengerjakan laporan harian dan
laporan lain yang belum selesai. Kami selesai mengerjakan laporan
tersebut tepat pukul 16.10. Sore itu pula aku bermaksud mengantarkan
laporan ke kantor besar perkebunanku yang berjarak 10 km dari kantorku
dan mengajak seorang mandor laki-lakiku untuk menemani aku. Biasanya aku
agak lama di kantor besar karena harus berdiskusi dengan atasanku
mengenai pekerjaan yang ada di lokasi kerjaku. Tapi mandor laki-laki itu
menolak dengan alasan belum mandi dan tadi kehujanan, begitu pula
mandor yang lain. Malah menyarankan untuk mengantar laporan itu ditemani
Lia yang tadi tidak bekerja.
“Lia maukah menemani saya untuk mengantar laporan ini ?” Tanyaku
“Iya pak, sekalian saya mau membeli mie dan gula di koperasi” Jawabnya
Kemudian Lia berganti pakaian dan menemaniku ke kantor besar. Sekitar
200 meter dari perumahan dia merubah posisi duduknya dan tangannya
memegang erat pinggangku, sedangkan payudaranya menempel di punggungku.
Adik kecilkupun langsung bereaksi dengan menegang sehingga aku merasakan
sakit karena adik kecilku terjepit celana jeansku. Kemudian aku
berhenti untuk memebetulkan adik kecilku.
Setelah itu kami melanjutkan perjalanan kami ke kantor besar. Sambil
ngobrol tentang mantan suaminya dulu. Suaminya adalah seorang sopir di
salah satu perkebunan sawit yang ada berada di kabupaten lain. Pada
suatu hari suaminya mengalami sakit malaria yang sangat parah dan
seminggu kemudian meninggal dunia di rumah sakit kabupaten. Sejak itu
Lia bekerja di perusahaan ini sebagai tenaga harian dan karena ketekunan
serta kerja kerasnya, aku jadikan mandor 5 bulan lalu.
Dia pernah bersekolah sampai lulus SMP dan menikah ketika berumur 20
tahun. Dia juga bercerita, bahwa suaminya tidak tahan lama dalam
bercinta serta tidak tahu cara pemanasan sebelum bercinta. Sehingga Lia
sering merasa kesakitan saat bercinta dan sebelum sakitnya hilang,
suaminya sudah keluar. Sekitar 3-5 menit waktu mereka bercinta, dan
itupun tidak teratur kadang 1 minggu sekali kadang 3 minggu sekali malah
kadang 1 bulan sekali, pengakuan Lia kepadaku.
Beberapa kali Lia memeluk erat pinggangku karena jalan yang licin
mengharuskan aku bermanuver agar tidak jatuh sampai penisku yang sudah
menegang kesakitan karena terkurung celanaku. 30 menit kemudian kami
sampai di kantor besar, aku serahkan laporan-laporanku kepada
administrasi. Sedangkan Lia berjalan ke koperasi untuk membeli barang
kebutuhannya.
Setelah selesai aku koreksi bersama petugas administrasi, dan dinyatakan
benar akupun keluar dari kantor sekitar pukul 17.15. Atasanku yang
biasanya menanyai tentang pekerjaan juga tidak terlihat. Kata petugas
administrasi Beliau sedang rapat di Jakarta. Sampai di parkiran motor,
kulihat Lia sudah menunggu sambil minum. Sekotak mie dan sebuah
bungkusan sudah ada di samping motorku.
“Sudah selesai pak, biasanya lama” tanya Lia
“Iya nih, Boss lagi rapat di Jakarta jadi cepet lagipula kerjaannya sudah benar semua” jawabku
Kami kemudian pulang ke perumahan. Saat mengendarai motor, punggungku
berkali-kali tergesek payudaranya sehingga nafsu birahiku naik lagi.
Akupun membelokkan motorku keluar dari jalan utama menuju jalan kecil
sebagai pemisah antar blom tanaman karet.
“Mas kita mau kemana?” Tanya Lia
Aku tidak menjawab dan setelah agak jauh dari jalan serta tertutup rimbunnya pohon karet dan semak-semak akupun berhenti.
Aku kemudian mencium bibir Lia dengan penuh nafsu dan Lia juga membalas ciumanku dengan gairah yang mengelora.
“Mas, ngapain kita kesini ? “ tanyanya
“Aku pingin lagi say, kita coba dialam terbuka yah” jawabku
“Ntar ketahuan orang lho” katanya
“Aman kok, aku sudah mengetahui daerah ini tidak ada orang yang lewat
sini kecuali kalo ada perawatan tanaman. Apalagi sudah sore begini,
mulai gelap lagi” jawabku
Kemudian aku mengelar jas hujan yang ada dimotorku dan kemudian mencium
Lia dengan buasnya. Tak lama kemudian aku membuka celana Lia tapi
bajunya tidak aku buka. Lia juga melakukan hal yang sama kepadaku sampai
ke celana dalamku. Aku menarik kepala Lia dan aku suruh menjilati
penisku yang sudah tegak. Lia memang belum terbiasa menjilati penis
sehingga penisku hanya diemutnya. Lima menit kemudian aku suruh Lia
berbaring dan membuka celana dalamnya sendiri.
Kulihat memeknya agak basah dan siap untuk ditembus oleh penisku yang
sudah tegang dari tadi. Tanpa basa-basi aku tindih tubuh Lia dan aku
masukkan penisku ke dalam memeknya yang belum begitu basah.
“Bless….” sepertiga penisku masuk kedalam memek Lia. Terasa sangat
sempit hingga Lia juga merasa kesakitan. Tapi cairan ludah Lia sangat
membantu kelancaran sodokanku.
Aku biarkan penisku untuk memberikan kesempatan bagi memek Lia untuk
beradaptasi. Setelah itu aku tarik perlahan dan aku sodok lagi sepertiga
penisku. Lia memutar pinggulnya untuk menerima sodokan yang belum
sepenuhnya masuk dalam memeknya.
“Ohh…paakk…….sakitt…..tapi eenaaakkk…”desah Lia
Kemudian aku mulai menyodok lebih dalam hingga 2/3 penisku masuk ke
memeknya. Cairan nikmat Lia sudah mulai keluar dengan deras untuk
melumasi batang penisku. Setelah beberapa kali aku permainkan, aku lalu
memasukkan penisku sedalam-dalamnya dalam lubang nikmat Lia.
“Bless…..kecepok…kecepok….” bunyi penisku yang sudah masuk seluruhnya di
dalam memek Lia, sampai aku merasakan ada dinding yang menghalangi
penisku. Aku fikir penisku sudah mentok ke rahimnya. Akupun mulai
mempercepat sodokanku, dan berubah dengan tempo cepat.
Rumput di bawah jas hujanku juga membantu meredam badan kami sehingga seperti di tempat tidur.
Sambil mempercepat sodokanku aku merasakan banjirnya memek Lia yang
sudah terangsang apalagi lidahku bergerilya untuk menjilati payudaranya
yang tergoncang-goncang oleh sodokanku. Beberapa kali bibir kamipun
beradu dengan ganasnya, lidah kami juga saling membelit dan menambah
sensasi bercinta kami.
“Oooo….Lia….memekmu legit bangett …..” racauku
“Ahh…..penis….bapak…jugaaa…..nikmatt….” desahnya
Kecepatan sodokanku semakin cepat dan aku merasakan penisku mulai
dipilin-pilin oleh memek Lia yang berkedut. Tanggannya memeluk erat
badanku dan kakinya mulai diangkat kemudian disilangkan ke pinggangku.
“Ohh……pak…..aku…mauu…….” jeritnya
“Aku….juga….Liaaa…..” desahku
“kecepok….kecepok…… suara beradunya penisku dan memek Lia yang sudah sangat banjir oleh cairan nikmatnya.
“Ohh….akuu keluaarr….. “ teriak Lia memecah keheningan kebun karet yang sangat sepi
Penisku kurasakan diurut dan dipilin oleh memek Lia yang berkedut-kedut.
Aku juga merasakan spermaku sudah mendesak untuk dikeluarkan. Sodokanku
aku percepat dan….
“Ohh…..ahh….aku….keluarr…..” jeritku ketika semburan spermaku masuk
kedalam rahim Lia. Empat semprotan aku rasakan keluar dari penisku dan
rasa nikmat menyerang seluruh urat syarafku.
Sejenak aku masih diatas badan Lia yang sudah lemas.
“Pakk…..enak sekali penismu…..bikin aku ketagihan…” kata Lia
“Memek kamu juga seret dan legit……aku merasa di awang-awang” kataku
Setelah itu kami membersihkan kemaluan kami memakai air putih yang
dibeli oleh Lia. Setelah itu kami berpakaian lagi. Kulihat 2 cupangan
mendarat di dadaku. Ketika aku lihat jam ternyata sudah jam 18.10, dan
suasana di sekeliling kami sudah gelap.
Setelah selesai merapikan pakaian dan melipat jas hujanku, kamipun
meninggalkan lokasi pergulatan kami dan bergegas menuju ke perumahan.