Menyusul kemudian Wawan yang semakin membuat panas pantatku. Dia genjot
penisnya dengan cepat. Semakin cepat.., hingga kembali kudengar dia
mengeluarkan auman yang mengiringi keluar spermanya. Belum tuntas
seluruhnya ketika dengan cepat dia mencabut penisnya dari anusku sambil
tangannya mengocokinya. Dia menarik aku agar jongkok menerima
semprotannya. Aku bergegas jongkok dan mengangakan mulutku. Sekali lagi
cairan kental hangat dan gurih memenuhi mulutku.
Ah, rupanya mereka telah merekayasa semua ini untukku. 3 muntahan
sperma dari 3 lelaki telah menyemprot dan tumpah ke mulutku. Kompak
benar.
Aku capai tetapi puas banget. Langsung aku merosot telentang di
lantai parket yang terbuat dari kayu itu. Terus terang baru pertama
kali ini aku ber-seks ria rame-rame. Belum pernah aku mengalaminya. Aku
sungguh-sungguh mendapatkan pengalaman erotis yang luar biasa.
Kami sama-sama istirahat. Dengan setengah telanjang kami meneruskan
membuka makanan yang Koh Gun pesan dari kafe dan minum bier. Semalaman
kami nyaris tidak tidur, dan bagiku ini malam ke-2 yang kurang cukup
tidur sesudah kemarinnya bersama Asep di kamar hotelku.
Malam pertama di Puncak kami penuhi dengan segala cara dan gaya.
Dan ternyata dari mereka semua itu hanya aku yang memiliki kesukaan
menelan apapun yang keluar dari tubuh pasangan seksku. Menjelang pagi,
karena pengaruh minuman bier, teman-teman banyak kencing. Koh Gun
mengusulkan bagaimana kalau mereka kencingi mulutku rame-rame. Aku agak
sedikt tersipu tetapi dengar usulan itu kurasakan syahwatku menyala.
Aku hanya memandangi mereka penuh arti sebagai jawaban persetujuanku.
Mereka rencanakan besok pagi, dimana air seni mereka sedang
pekat-pekatnya, siapapun yang bangun lebih dahulu akan langsung
mengencingi aku, walaupun aku masih tertidur. Aku tidak komentar
kecuali tersenyum tanda tidak menolak. Ah, asyiknyaa.. Aku membayangkan
nikmat birahiku yang akan menyala besok pagi. Menjelang pagi aku tak
mampu menahan kantukku, tertidur..
Aku merasa seperti sedang jalan-jalan pagi di lapangan Monas saat
tiba-tiba air mancur Monas menyemprot aku dengan air panasnya. Aku
terkaget dan bangun. Ternyata itu mimpi pagi hariku. Saat kubuka mata
kulihat sentoran air hangat itu keluar dari kemaluan Doddy. Air
kencingnya yang kuning pekat menyirami wajahku. Dengan sedikit
gelagapan aku teringat akan kesepakatan semalam. Ah, .. Sepertinya
mereka benar-benar memanjakan aku. Dengan senyum aku menyambut semburan
cairan kuning pekat yang hangat itu. Aku membuka mulutku lebar-lebar.
Aku mendesah dalam batinku,
"Doddy, aku adalah urinoir-mu. Kencinglah, biar kujadikan penyegar pagi hariku".
Kuminum sebagian kencing Doddy. Dan sebagian lainnya membuat
ranjangku basah dan pesing. Belum usai Doddy kencing datang Koh Gun
yang hanya bercelana dalam. Dia lantas keluarin burungnya dan siap
seperti di depan urinoir dia memancurkan kencingnya ke mulutku pula.
Kemudian nampak menyusul Wawan dari kamarnya telanjang. Penisnya yang
gede itu ngaceng hingga agak sesaat baru berhasil mengeluarkan air
kencingnya. Kini genaplah tiga pancuran air kencing yang menyirami
mulutku, wajahku, leherku dan bagian tubuhku yang lain. Mereka lakukan
itu dengan kegembiraan penuh tawa dan canda.
Koh Gun tidak peduli akan tempat tidurnya yang akan berbau pesing
nantinya. Yaa.., aku jadi ingat tulisan 'Therapi Urine' bahwa air seni
itu bisa dijadikan obat alternatif. Siapa tahu aku jadi tambah sehat
sesudah minum kencing mereka.
Itulah nikmat bersama terakhir di Puncak. Karena Koh Gun mesti urus
tokonya, sesudah sarapan pagi kami balik ke Jakarta. Saat aku ambil
kinci kamar di resepsionis, petugas hotel menyerahkan amplop surat.
Katanya dari relasiku. Siapa? Kubuka. Ah si sopir taksi itu. Dia pengin
ketemu lagi.
"Aku terkesan sama barangnya Oom yang gede," tulisnya. Dia mau telpon ke kamarku nanti.
Walau hanya tas cangkingan kecil, seorang room boy menjemputku dan
membawakan tas kecilku itu. Mungkin dia perlu uang tip. Sesampai di
kamar dia taruh tasku di meja rias, aku merogoh kantongku memberi dia
10 ribu rupiah. Kemudian tanpa buka baju dan sepatu kurebahkan badanku
ke ranjang. Uh, capainya..
Ternyata room boy itu tidak langsung keluar.
"Mau pijat, Oom?".
Oo.., dia nawari aku pijat. Aku jadi bangkit,
"Kamu bisa pijat aku?," sambil aku memperhatikan anak itu.
Masih muda, mungkin sekitar 20 tahunan. Lugu. Tetapi simpatik amat
anak ini, pikirku. Dia tidak menunggu jawabanku tetapi langsung jongkok
melepasi sepatuku. Kemudian juga melepasi celana panjangku. Dia
membiarkan aku setengah telanjang kecuali celana dalamku yang tinggal
menutupi auratku. Biarlah. Kuperhatikan sosoknya.
Badannya bersih terawat dan sehat. Wajah dan sosoknya mengingatkan
Syahrul Gunawan, tokoh sinetron itu. Ternyata ketika tersenyum juga
mirip selebriti itu. Aku kembali berbaring telentang di ranjang. Aku
jadi membayangkan Syahrul Gunawan yang saat ini mijiti kakiku. Ah, enak
juga pijitannya. Aku hampir tertidur ketika aku merasakan geli pada
kakiku. Ketika aku membuat mata kulihat Syahrul ini mengulum jari-jari
kakiku dengan penuh nafsu. Saat itu aku kaget dan hampir menarik
kakiku. Tetapi aku kasihan sama Syahrul ini. Kubiarkan.
Dia nampaknya sangat terobsesi padaku. Dan aku merasakan betapa
syahwatku langsung terbakar. Dia melihat aku bangun. Saat tahu aku tak
menolak kulumannya, dia semakin meliar sambil mulai memperdengarkan
desahannya. Dia begitu menikmati jari-jari kakiku. Sambil mengelusi
betis-betisku dia juga menjilat dan menciumi telapak kakiku. Aduuhh..,
nikmatnya serasa naik ke ubun-ubunku. Penisku jadi ngaceng berat.
Kuelus-elus kepalanya. Syahrul nampak mengunggu elusanku itu. Dia
kembali mendesah.
Nafasnya kudengar memburu. "Oomm, Oom, Oom, mmhh.. Mmllpp..," dia meracau.
Matanya setengah merem. Kepalanya bergulir kekanan dan kekiri saat
meratai jilatannya ke telapak-telapak kakiku. Aku semakin merinding.
Anak ini sangat pintar membangkitkan gairah nafsu birahiku. Ciumannya
bergerak ke atas. Ke betisku. Dia juga menggigit kecil saat menemui
rambut-rambut kakiku. Dia juga mencakar-cakar kecil betisku menahan
gelora birahinya.
Tangannya kini tak sabar merabai selangkanganku dan kemudian
gundukkan celana dalam yang berisi penisku yang sudah sangat mengeras.
Aku lebih baik diam meraskan nikmatnya. Kubiarkan Syahrul manis ini
melampiaskan nafsunya. Dia meremas-remas kemaluanku. Sementara itu
gigitan dan jilatannya sudah melwati lututku dan kini mulai masuk ke
wilayah pahaku. Aduuh.., bukan main dan.. Betapa aku terangsang.
Aku kini merintih dan mendesah-desah. Tak tahan merasakan lidah
lembut si manis Syahrul ini. Kenapa dia begitu berkobar nafsunya?
Dan sesudah bermenit-menit puas menciumi pahaku, Syahrul mulai
merambati selangkanganku. Dia ' nyungsep' di pangkal pahaku. Kudengar
dia menarik dalam-dalam nafasnya untuk menghirup bau selangkanganku.
Ah, anak ini, kenapa dia begitu 'hot'?!
Dia ciumi celana dalamku. Dia hisap-isap penisku di balik celana
dalam ini. Aku merasakan betapa aku menggelinjang nikmat. Kuelusi dan
sesekali kujambak rambutnya. Dia semakin bersemangat. Tangannya kini
meraih ketepian celana dalamku, merogoh dan menarik keluar penisku.
Mulutnya langsung mencaploknya. Dia melumat-lumat bijih dan seluruh
batang kemaluanku. Kepalanya bergeser naik turun mendorong lidahnya
yang menjulur kelantai pori-porinya.
Aku tak mampu untuk tidak mendesah dan merintih. Kenikmatan ini
sungguh tak bertara. Syahrulku ini ternyata benar-benar jago kecil yang
mampu mendongkrak libidoku. Aku tak tahan lagi. Aku bangkit dan
kuterkam dia. Kurebahkan dan ganti, Kini aku yang aktif menjilat dan
menciumi tubuhnya. Aku seakan macan lapar yang melahap kijang lembut
mangsa tangkapanku.
Dia menyerah pada apa mau nafsuku. Dia ganti pasif merasakan ciuman-ciumanku pada tubuhnya.
"Ah, Syharuull.., begitu harum dan manis ketiakmu, dadamu, perutmu,
selangkanganmu. Ah, Syahrulkuu.., sini.. Biar aku jilati seluruh bagian
tubuhmu. Biar aku nikmati segala keringat-keringatmu. Biar aku
lumat-lumat tubuh indahmu."
Kubolak-balik tubuhnya. Kusedotin bagian-bagian sensualnya. Dan aku
paling suka menciumi lubang pantatnya. Aroma lubang pantat sangat cepat
merangsang syahwatku. Lidahku menusuk-nusuk lubang itu seakan ingin
meraih apa yang ada di dalamnya. Terkadang kubawa rasa sepat-sepat
lengket ke mulutku. Itu yang biasa disebut sebagai semen anus. Sungguh
nikmat merasakan semen anus Syahrulku.
Dan akhirnya dia minta aku memasukan kemaluanku ke anusnya. Dia
ingin aku melakukan seks anal padanya. Dia pengin merasakan tusukan
penisku di anusnya. Dia mau aku pisa memuntahkan air maniku ke lubang
pantatnya. Kuturuti. Ini memang satu hal yang paling kusukai.
Saat kemaluanku mulai membelah lubang pantatnya, Syahrul menjerit
kecil. Saat kemaluanku mulai merasuk amblas ke lubangnya, Syahrul
mendesah nikmat. Saat itu kurasakan cengkeraman otot-otot dinding
anusnya sangat legit menjepit penisku. Ampuunn.. Enaknya.. Sesudah itu,
pantat si manis itu mulai menggoyang menjemput penisku. Sekali lagi,
kurasakan nikmat hingga ke-ubun-ubunku.
Kudengar Syahrul meracau,
"Enak banget, Oom, enak banget penis Oom, yaa.. Enak banget penis
Oom.., keluarin di dalam ya Oomm..," maksudnya biar aku keluarin air
maniku di lubang pantatnya itu.
Suara racaunya sangat merdu di telingaku. Dan suara racau itu yang
kemudian membuat gejolak syahwatku langsung melonjak. Kupacu penisku
memompa anal Syahrul. Aku ikut meracau juga,
"Enak pantatmu Rul, enaakk.. Wangi banget duburmu Rul, wangii..," dengan gemetar dan menggigil racauku keluar dari mulutku.
Aku sungguh didera nikmat syahwat yang luar biasa. Melihat Syahrul
anak manis tergoncang-goncang menerima tusukan penisku, mendorong
spermaku untuk merambati menuju klimaks nikmat. Aku merasakan betapa
saraf-sarafku menyongsong akan kehadirannya air maniku mengalirinya.
Dan aku memang tak mampu menahan lebih lama.
Saat menjelang muncrat kurenggut rambut Syahrul. Kutarik seperti
menarik surai kuda. Kuhentakkan penisku ke lubangnya. Dan dengan
kedutan-kedutan yang begitu nikmat, tumpahlah air maniku. Syahrul
merasakan kedutan-kedutanku itu,
"Oom. Enaakk.. Oom, Oom, Oom, oohh.. Oom..".
Sesaat sesudahnya, sebelum kedutanku usai, dengan cepat dia
melepaskan penisku dari anusnya dan berbalik. Dia raih kemaluanku dan
di kulumnya. Dia mereguk dan membasahi tengorokannya dengan air maniku.
Kulihat cairan kental lengket itu belepotan membusa di sekitar
mulutnya. Sebagian nampak meleleh ke dagunya. Aku tahu nafsu panas
macam Syahrul ini. Lelehan sperma di dagunya kukais dengan jariku.
Kusodorkan ke mulutnya. Dia emut-emuti jari-jariku untuk membersihkan
dan menelan habis lendir putih kentalku itu.
Syahrul di kamarku hingga sore hari. Dia mendengar tentang aku dari
kawannya Asep yang aku temui dan kuajak ke kamarku kemarin. Aku jadi
tahu, bahwa dia bukan room boy hotel. Dia memang menunggu aku.
Dia penasaran mendengar kenikmatan yang didapat Asep dariku. Dia
ingin aku memasuki pantatnya sebagaimana yang dialami Asep. Cerita
Aseplah yang membuat Syahrul ini seperti kesetanan padaku. Aku ajak dia
makan di restoran sebelum pulang. Dan hebatnya, dia tak mau menerima
uangku. Dia senang saja berteman dengan aku. Dan berharap kalau nanti
aku ke Jakarta lagi agar menghubunginya. Dia serahkan nomer HP padaku.
Besok pagi aku meninggalkan hotel ini. Demikian banyak yang
kudapatkan dalam kunjunganku ke Jakarta kali ini. Urusan pekerjaan
kantorku beres, urusan senang-senang beres. Aku juga mendapatkan banyak
kawan baru yang tak membuatku khawatir sewaktu-waktu aku berkunjung ke
Jakarta lagi. Kawan-kawan yang saling memberik dan menerima nikmat.
Para lelaki tulen yang saling mengincar kepuasan dari kawan sejenisnya.
Ah, ramahnya Jakarta..
Aku mulai melipat-lipat pakaian kotorku. Aku melihat kembali tiket
keretaku yang telah kubeli untuk pulang pergi dari Semarang. Sekitar
jam 9 malam bosku telpon dari Semarang untuk mengecek rencana pulangku.
Inilah malam di Jakarta dimana aku bisa benar-benar tidur lelap.
*****
Atrium Senen, Jakarta, April 2004
E N D