Awalnya aku berkenalan dengan Ricky, tentu saja
bukan nama sebenarnya, lewat chatting. Setelah sepakat untuk bertemu,
kami lalu berangkat dari tempat masing-masing. Aku lalu meninggalkan
warnet WH di Jl. Perintis Kemerdekaan, Makassar.
Kami janjian bertemu di Mall Ratu Indah lantai 4. Dari jauh aku
sudah melihat ciri-ciri orang yang mirip dengan Ricky seperti foto yang
ia kirimkan lewat email. Ricky, 21 tahun, memang seorang yang keren,
bertubuh maskulin dengan wajah bentuk oval putih dengan dandanan rambut
seadanya namun keren dengan tinggi badan 170 cm, 60 kg.
Aku lalu menyapa si cowok keren itu dengan agak ragu-ragu, apakah
dia benar-benar Ricky atau bukan, "Ricky ya?" sapaku sambil melemparkan
senyumku.
"Iya, oh ya Geofanny ya?" balasnya dengan menyunggingkan senyuman.
Senyumannya kian membuat dia kelihatan manis. Kami lalu bersalaman
dan ngobrol-ngobrol sebentar. Dari pembicaraan kami, ternyata aku dan
Ricky satu kampus di salah satu universitas negeri di Makassar, namun
kamu beda fakultas.
Singkat cerita, kami jadian pacaran setelah seminggu lebih jalan
bareng. Hubungan kami kian hari kian dekat, namun sejauh itu kami belum
pernah melakukan hubungan seks. Karena baik aku dan Ricky bukanlah
orang yang sex oriented. Kami mengutamakan yang namanya kasih sayang
dan cinta, walau cinta kami adalah cinta sesama jenis, namun kami
sangat merasakan apa arti cinta itu sendiri.
Kami berdua lalu ke rumah kost Ricky di salah satu rumah kost di
Jl. LB. Rumah ini terkesah cukup mewah. Setelah masuk ke kamar Ricky
seukuran 4 x 6 m dengan dinding bercat cream, didalam dilengkapi dengan
sebuah spring-bed, kulkas, dan lain-lain. Suasana kamar pun dilengkapi
dengan sebuah AC di sudut ruangan. Aku lalu duduk di atas sebuah kursi
rotan, sementara Ricky mengambil air dingin dari kulkas.
"Geo, minum dulu!"
"ok, thanks", sambil mengambil air putih itu dari tangan Ricky aku
membalas senyumannya yang manis dan membuatku selalu ingin menatapnya.
Ricky lalu duduk di samping aku sambil memijat-mijat lenganku.
"Geo, apa rencanamu sekarang?" tanya Ricky.
"Apa ya.. Aku juga nggak tahu. Kita duaan aja disini. Gimana?" kataku sambil menatap kedua bola mata coklatnya.
Dia membalas tatapanku dengan senyuman.
"Mandi bareng yuk!" ajakku.
Ricky kembali tersenyum dan menganggukkan kepala, tanda setujunya.
Ricky memang seoorang yang mudah menebarkan senyum ke orang lain. Itu
salah satu hal yang menarik pada dirinya. Aku merasa beruntung sekali
bisa kenalan dengan dia dan lebih beruntung lagi, aku bisa mendapatkan
hatinya dan menjadi pacarnya.
Aku lalu berdiri dan mengajak dia berdiri dengan memegang kedua
tangannya. Sekarang kami saling berhadapan, karena tinggi kami sama,
hingga pandangan kami sejajar dan aku mulai merangkul tubuh Ricky yang
hangat dan mengeratkan kedua rangkulanku pada pinggangnya, sementara
itu kedua tangan Ricky merangkul pada leherku. Aku mulai mendekatkan
bibirku dan mulai menyentuh kulit putih bersihnya dengan bibirku.
"Akh.. Muachh"
Aku melekatkan ciuman pertamaku ke bibir Ricky. Ini memang pertama
kalinya kami melakukan ciuman dan sentuhan birahi. Aku mulai menciumi
dan merasakan kehangatan tubuh Ricky. Dengan rangkulan yang tetap erat,
ciuman pun terus saja berlangsung. Kurasakan kalau kontol Ricky pun
sudah mengganjal di perutku.
Menurut pengakuan Ricky, aku yang pertama menyentuh tubuhnya.
Selama ini dia hanya sebatas teman dengan yang lain dan tidak pernah
sampai ke tingkat pacaran. Sekali lagi aku merasa bangga dan beruntung,
ternyata Ricky masih perjaka.
Sementara itu kami terus melakukan ciuman hangat dan penuh birahi
yang membara. Aku dan Ricky sudah mulai panas dibakar api birahi
masing-masing. Aku lalu melakukan adu lidah dengan Ricky. Aku
memasukkan lidahku ke mulut Ricky dan disambut oleh gerakan liar
lidahnya menggapai dan mengejar lidahku. Namun sesekali pula kami
bermain di bibir. Aku terus saja mengulum dan mengisap bibir Ricky yang
memerah.
Ricky pun mulai mengenal dan mulai belajar dari ciuman ini. Aku sengaja
diam sejenak dan menunggu apa yang Ricky akan lakukan, ternyata dia
agresif juga. Dia lalu menjulurkan lidahnya ke rongga mulutku dan
menjelajahi seluruh ruang mulutku yang dapat digapai ujung lidahnya.
Aku sendiri merasa kesulitan dalam bernafas, lidahnya terus saja
menggeliat dan meliuk-liuk liar di dalam mulutku dan sesekali mengisap
dan mengulum bibirku. Sejenak kemudian, Ia melepaskan ciumannya. Bibir
kami basah oleh liur birahi kami.
Aku lalu mengusapkan tanganku ke bibirnya, "Enak ya sayang?" tanyaku.
"Enak banget Geo, lanjutin yuk?" ajaknya.
"Kita kan belum mandi, Ricky"
"Oh, iya. Mandi bareng yuk?"
"Ok. Setuju" sahutku. Kami lalu saling melepaskan pelukan.
Aku lalu mulai membuka kancing baju Ricky satu per satu. Setelah
bajunya lepas, aku lalu mencium dan menjilati dadanya yang dipenuhi
bulu-bulu halus. Ricky hanya mendesah kegelian. Aku lalu melanjutkannya
ke bagian celananya. Kubuka resletingnya dan merosotkan celananya
hingga tertinggal celana dalamnya saja yang berwarna merah kecoklatan.
Di balik celana dalamnya itu, terbayang kontol Ricky yang sudah
setengah mengeras. Aku secara refleks mendekati dan menggigit kontol
Ricky yang masih berada di balik celana dalamnya. Ricky mengerang dan
menggeliatkan tubuhnya sambil menyahut, "Akh.. Oughh". Tapi aku hanya
menggigitnya dua kali. Aku lalu berdiri dan menyuruh Ricky melakukan
hal yang sama.
Ricky lalu membuka bajuku dan menjilati puting susuku dan
meremas-remas dadaku, aku mengerang keenakan, terus saja Ricky meremas
dadaku lalu turun menjilati pusarku dan membuka celanaku. Hal yang sama
pun dilakukannya kepadaku. Dia lalu menggigit dan sesekali merangsang
dan meraba-raba kontolku yang masih terbungkus celana dalamku. Kedua
tangan Ricky meraba-raba selangkanganku, aku terangsang dan menggeliat
kegelian juga. Ricky lalu merosotkan celana dalamku. Akhirnya aku
telanjang tanpa sehelai benang pun melekat pada tubuhku. Kontan saja
Ricky yang sudah dibakar berahi langsung menyerang kontolku yang masih
berdiri setengah keras, Ricky langsung ingin menelan batang kontolku.
Dia memasukkan kontolku ke mulutnya dan mengisapnya terus sesekali
menjilatinya.
"Oughh, akh.. Sudah Ricky. Kita belum bersih-bersih nih, nanti dilanjutin ya" sahutku.
Sesaat kemudian dia melepaskan kontolku dan menciuminya dengan
bibirnya. Karena tak adil rasanya kalau aku sudah telanjang bulat lalu
Ricky masih memakai celana dalamnya. Saat Ricky berdiri mengambil
handuk, aku lalu merangkulnya dari belakang hingga tak bisa bergerak,
lalu memerosotkan celana dalamnya dengan kedua tanganku ke bawah. Ricky
hanya tersenyum memandangiku.
"Woow.. Ricky. Punya kamu gede juga" bisikku ke telinganya.
Kontan saja aku langsung memegang kontolnya dan mengulumnya seperti
mengulum eskrim. Ricky mendesah sambil mendongakkan kepalanya ke
langit-langit kamar. Aku terus saja mengerjai kontol Ricky yang sudah
mulai tegang. Sesudah keras memerah, aku menghentikan aksiku, berdiri
lalu dengan sekuat tenaga aku mengangkat tubuh Ricky dan membawanya ke
kamar mandi ruangan itu.
Di dalam kamar mandi, kami pun tergoda untuk melakukan aktifitas
seks sambil membersihkan badan. Waktu ricky sedang menggosok-gosok
badannya dengan busa sabun, aku lalu memeluknya dan kembali
menghujamkan ciuman hangat ke badannya. Sambil ciuman mulut, tubuh
Ricky terdorong ke dinding kamar mandi hingga bersandar disana dn
tubuhku pun menindih dan menghimpit tubuh licin Ricky antara dinding
dan tubuhku. Aku menindihnya sambil terus melakukan rangsangan ke
Ricky. Kontol Ricky sudah tegang dan berdiri keras, sama dengan kontol
aku. Aku lalu turun menjilati badan Ricky yang masih berlumuran busa
sabun.
"Ough.. Ough.. Terusin Geo. Enak!" kata Ricky dengan penuh desahan yang sangat membangkitkan gairahku.
Aku dengan liar saja terus saja menjilati badannya hingga mencapai
daerah sensitifnya. Aku lalu mengulum dan menjilati kontolnya sesaat
lalu mengocoknya dengan tanganku.
"Ricky, kita lanjutin di tempat tidur aja nanti ya?" ajakku.
Kami lalu membersihkan badan hingga selesai. Aku dengan penuh nafsu
kembali memanjakan Ricky dengan mengangkat dan membawanya ke kamar
tidur seusai mengeringkan badan.
Di atas tempat tidur aku merebahkan tubuh Ricky, dia hanya tertawa kecil sambil menyahut, "Berat ya Geo?"
"Akh.. Lumayan, tapi aku lebih merasakan kenikmatannya daripada beratnya" jawabku.
"Oh yeah? Hahaha" Ricky kembali tertawa kecil.
"Kita mulai aja ya sayang," bisikku, "Aku sudah tidak sabar nih" lanjutku.
Ricky hanya mengangguk dan sekali lagi tersenyum menatapku. Tatapan
dan senyumannya kian membuatku gemas dan ingin segera menjamah
tubuhnya.
Aku lalu mulai menindih tubuhnya dan mulai menikmati wajahnya dari
atas. Dengan kedua tanganku di samping telinganya, aku menatap dan
menikmati wajah ganteng dan manis Ricky. Kemudian setelah puas
memperhatikan wajah Ricky, kemudian aku mulai menikmatinya dan
merasakan langsung. Aku menciumi semua bagian mukanya dan kembali
melakukan ciuman mulut, adu lidah dan saling meraba-raba tubuh seadanya
yang bisa digapai tangan.
Kurasakan kedua tangannya meremas-remas pantatku dan aku terus saja
menikmati ciuman mulut dengan dia. Dia pun menikmatinya dengan
memberikan reaksi atas ciumanku dengan menggerakkan lidahnya kesana
kemari di dalam mulutku, sesekali mengulum dan mengisap bibirku,
menangkap ujung lidahku dan mengisapnya. Aku sangat nikmat sekali
dengan ciuman ini. Tapi ini baru sebatas ciuman dan aku sudah merasa
puas olehnya. Kami lalu melakukan posisi 69 alias oral seks. Kami
melakukannya secara menyamping.
"Akh.. Ouhghh.." kenikmatan yang diberikan Ricky sangat memuaskan
aku. Aku terus saja mengisap, menggigit-gigit kecil batang kontolnya
dan sesekali mengulumnya seperti eskrim. Sesekali juga aku menjilati
sela selangkangan pahanya yang putih bersih.
Sekian lama sesudah puas dengan posisi ini, kami lalu kembali
berdiri berhadapan berlutut di atas spring-bed empuknya saling memeluk
tubuh masing-masing, merasakan kehangatan dan kasih sayang serta cinta
dari dalam hati.
Ricky lalu membaringkan badannya, dan aku masih dalam posisi
setengah berdiri, aku hanya menunggu apa yang akan dilakukan Ricky
selanjutnya. Dia kemudian meletakkan kedua tungkai bawah kakinya di
atas kedua pundakku sambil memberikan kode bahwa aku akan menganalnya.
"Ric, kamu yakin dengan ini?" tanyaku. Setidaknya Ricky akan merasakan sakit dan aku tidak suka jika ia merasakan sakit.
"Ric, ini sakit Ric!" lanjutku meyakinkan.
"Nggak apa-apa kok Geo. Aku mau banget neh" sahutnya.
Karena ini kemauan dia sendiri, aku lalu mengangkap naik pantatnya
lalu meludahi dan menggosokkan air liurku yang kental ke kontolku,
yakin akan melakukannya, kemudian aku mendekatkan ujung penisku ke
lubang pantatnya. Aku terlebih dahulu memasukkan jari tengah tangan
kiriku ke lubang pantatnya sebagai awal pengenalan dan penyesuaian.
Ricky merasa keenakan dan mendesah "Ouhgg.. Akh.. Uukhhss.."
Kemudian aku mulai memasukkan kedua jari tengah tangan kanan dan
kiriku, lalu menarik kedua sisi lubang pantatnya ke arah yang
berlawanan hingga lubang pantat Ricky agak melebar. Aku terangsang
melihat lubang pantatnya yang agak melebar, "Sakit?" tanyaku.
"Iya, lanjutin aja Geo, jangan peduli sakitnya ya, nanti juga enak kok," jawabnya.
"Lho, kok kamu tahu? Kamu sudah pernah ya?" tanyaku lagi.
"Nggak pernah, kata orang sih begitu" jawabnyya mendesah.
Aku lalu dengan perlahan-lahan memasukkan ujung penisku ke dalam lubang
yang sudah menganga lebar di depan kontolku. Kontolku sudah tidak siap
memangsa dan menembus apa yang ada didepannya. Kini kepala kontolku
menyentuh bibir pantatnya dan aku mulai mendorongnya masuk dan
akhirnya, "Akh, ough, akh.. Ukhh.. Terusin pelan-pelan Mas" sahutnya.
Aku terus saja melambatkan masuknya penisku menembus keperjakaannya dan
merasakan setiap sensasi yang daapt dirasakan dan dinikmati. Sambil
memasukkan "senjataku" menembus lubang itu, aku mendongak ke
langit-langit kamar namun konsentrasiku terus tertuju pada apa yang
dapat kurasakan saat itu. Dan akhirnya seluruh batang penisku masuk ke
lubang anus Ricky. Aku menghentikan aktifitas saat itu juga dan kembali
memandangi raut wajah Ricky yang penuh pesona. Kulihat dia agak merasa
kesakitan dan ia berusaha untuk menutupi itu.
"Ric, sakit kan Ric?"
"Iya, tapi nggak apa-apa kok Geo. Terusin aja ya, justru disitu sensasinya"
Aku hanya menaikkan alis mendengar tuturnya, "Benar juga sih" kataku dalam hati.
Aku mulai dengan perlahan-lahan mengayunkan pantatku atau mengocok
lubang pantatnya dengan kontolku "Akh.. Akh.. Akh.. Akh" desahku
membuat Ricky pun kian horny. Sambil mengentot Rick, aku mengocok
penisnya yang tegang berdiri dengan tangan kananku membuat Ricky kian
merasakan sensasi yang amat membuatnya merasa dalam surga dunia seks.
Sementara tangan kiriku tak ketinggalan, tangan kiriku meraba-raba,
mengelus-elus paha dan perut serta dada Ricky. Aku ingin membuat Ricky
merasakan semua yang bisa ia rasakan dari aku.
Aku lalu berdiri lurus ke atas dan dengan kedua tanganku, aku
menahan dan mengangkap bagian pantatnya ke atas untuk menjaga agar
kontolku tetap berada dalam "rumah amannya" Aku ingin mengentot Ricky
sambil berdiri dan dia dalam posisi terbalik. Akhirnya bisa juga aku
berdiri meski dengan tubuh agak membungkuk sedikit, aku kembali
mengentot Ricky secara perlahan.
Tak lama kemudian aku turunkan badan dan kembali ke posisi semula.
Aku kembali mengentotnya dengan kuat, karena Ricky sudah merasa
keenakan dan tidak merasa kesakitan lagi.
Akhirnya, "Oughh, akh.. Croott, croot, croot" Aku menghentakkan senjataku dan mengeluarkan peluru panasnya ke dalam tubuh Ricky.
"Akh.. Akh.." hanya itu yang bisa keluar dari mulutku, aku merasa
begitu jauh melayang dan merasakan sensasi seksual yang teramat sekali.
Aku sendiri saat itu lupa perasaan apa yang dialami si Ricky saat aku
sudah mulai keluar sperma dan menghujamkan cairan kental ke dalam
tubuhnya. Berahiku mulai reda namun Ricky belum mencapai klimaks. Aku
mengeluarkan penisku dan berbaring lemas di tempat tidur. Ricky lalu
berdiri dan membuka selangkanganku lalu dengan nafsu yang masih
membara, dia lalu menusukkan penisnya yang masih berdiri keras dan kuat
itu ke dalam anusku.
"Akh.. Oughh.. Oughh" rintihku kesakitan saat Ricky kontan saja
tanpa basa-basi langsung menembus lubang pantatku. Aku tak menyangka
kalau si Ricky begitu agresif soal ini.
Ricky mengentot aku dengan semangat birahinya yang masih tinggi,
entot-annya luar biasa banet. Isi perutku terasa goyang semua badanku
pun ikut goyang di atas spring-bed itu. Dan akhirnya, croott, croot,
croott.. si Ricky menghujankan cairan hangat yang banyak ke dalam
lubang pantatku.
"Oughh.. Akh.. Akh.. Ushh," desah Ricky dengan kepala mendongak ke langit-langit kamar.
Akhirnya kami selesai mencapai puncaknya, kami sangat puas
sekarang. Kami lalu terasa mengantuk dan capek, kami lalu berbaring
telanjang dan tertidur hingga pagi.
E N D