Aku jadi kewalahan dalam menghadapi serangan Jerry yang tak kuduga
sebelumnya, padahal aku yang punya rencana untuk memberikan kejutan
pada Jerry, ternyata sebaliknya justru aku sendiri yang terkejut dengan
ulah Jerry yang begitu diluar dugaanku sebelumnya.
"Jer, Jer, aku.. aku," kataku yang tak bisa kulanjutkan lagi karena ciumannya pada bibirku dan kudengar bisikannya ditelingaku.
"Ar, Ar maafkan aku Ar, aku begitu mengagumimu dengan ketegaran
hatimu dalam menghadapi kekalahan diarena, sejak itu ada perasaan
simpati, ingin mengenalmu seutuhnya dan apa lagi aku nggak ngerti, aku
memang gay," jawab Jerry.
"Oh Jer, ternyata kita saling mengharapkan dan ingin saling
mengetahui seutuhnya dari sisi kehidupan kita masing-masing," lanjutku.
"Ok Jer, please aku siap mau kamu perlakukan semaumu malam ini," kataku pasrah.
"Oh tentu Ar, tapi aku nggak mau egois, kamupun juga punya hak sama atas diriku, ok?" katanya.
Setelah kecupan dan saling melumat bibir masing-masing, aku mulai
menciumi puting didada yang bidang itu dan kutelusupkan bibirku
diketiaknya yang beraroma kejantanan itu, dan terus turun kepusarnya
dan kurasakan ada benda hangat dan keras yang menyentuh-nyentuh leherku
dari arah bawah yang segera kulumat benjolan sebesar telur ayam itu,
ketika kumasukkan ke dalam mulutku kurasakan kehangatan benda itu
dengan kejut-kejut yang menggelinjang dirongga mulutku. Kumasuk
keluarkan tuh penis yang ngaceng kaku dengan bibirku sambil
kuhisap-hisap dan kusedot-sedot dan rupanya Jerry merasakan kenikmatan
yang luar biasa dengan apa yang kulakukan itu.
Karena aku tidak ingin segera mengakhiri permainan itu secepatnya,
maka segera kulepaskan hisapanku pada penisnya dan kemudian yang
menjadi sasaranku adalah kantong pelirnya dan terus kebawah lagi ke
lubangnya yang ditumbuhi rambut-rambut halus disekelilingnya. Rupanya
Jerry mengerti dengan apa yang kuinginkan, segera diraihnya botol
lotion dan diusapkan disekitar lobangnya sambil berusaha untuk
melemaskan lobangya dengan cara memasukkan jarinya ke dalam lobangnya.
"Ok, Ar aku sudah siap, please, masukkan punyamu dilobangku," pintanya.
"Ok, Jer"
Segera kubimbing penisku yang ukurannya lebih kecil sedikit bila
dibandingkan dengan penis Jerry yang kepalanya membonggol itu,
kuarahkan kelobang pantat Jerry dan.
"Ohh, aduh Ar, enak Ar," racau Jerry.
"Ayo terus Ar, goyang terus Ar"
"Ooohh Arr, ennaakk Ar, Yaahh, oohh yess enak Ar"
Akupun segera mengimbangi dengan gerakan maju mundur dengan cepatnya dan tak berapa lama kemudian aku mengejang dan
"Ohh Jer, aku mau keluar nih," kataku.
"Ooohh, Jerr, enakk Jer, nikmat Jerr," sambil kulumat bibirnya aku
mengelosoh di sebelahnya dengan nafas yang masih tersengal-sengal
sambil kunikmati sisa-sisa kenikmatan dari hasil pendakianku tadi
kubisikkan ditelinga Jerry.
"Ayo Jerr, sekarang giliran kamu mengadakan pendakian sampai kepuncaknya"
Segera Jerry bangkit dari tidurnya dan kemudian mulai mencumbuiku
dari ujung kepala sampai keujung kaki dan kemudian berhenti dipenisku
yang barusan mengeluarkan pejuhnya. Dibuatnya bermain dengan lidahnya,
dikulumnya dan disedotnya sampai kurasakan mulai ada ketegangan lagi
yang menjalari penisku kemudian Jerry mulai mengendus kantong pelirku
dan kemudian lidahnya bermain-main disekitar lobang anusku dan berusaha
untuk memasukkan lidahnya ke dalam lobangku. Hal ini kurasakan berapa
saat sampai aku sendiri merasakan lobangku sudah siap untuk menerima
milik Jerry yang lebih besar dariku, ketika penetrasi dari penis Jerry
mulai membuka lobangku kurasakan ada benda hangat yang menyeruak masuk
dan aku merasakan kesakitan, pedih panas tapi itu kurasakan untuk
beberapa saat sampai seluruh batang Jerry masuk sepenuhnya ke dalam
lobangku dan dia memberikan sedikit waktu untuk relaks agar lobangku
bisa menerima dan menyesuaikan dengan penisnya yang besar itu yang
panjangnya sekitar 19 cm dengan diameter kurang lebih 5 cm itu.
Ternyata Jerry bukan tipe orang yang egois yang hanya mau
memperhatikan diri sendiri akan tetapi dia juga memperhatikan lawan
mainnya. Setelah beberapa saat aku merasa siap, kuberi tanda pada Jerry
untuk memulai pendakiannya, dengan mengangkat kedua kakiku dan
dipanggul diatas pundaknya, kurasakan batang Jerry yang pejal itu
menyodok-nyodok sampai keperut, akupun jadi terangsang kembali dan
segera kukocok kembali penisku yang sudah ngaceng kembali sejak
dipermainkan oleh Jerry tadi. Kurasakan begitu nikmatnya benda hangat
dan pejal didalam lobangku, sampai akhir.
"Aduh Jerr, aku mau keluar lagi nih," kataku.
"Tunggu sebentar saya juga sudah mau nyampe," kata Jerry.
"Kita keluarin bareng-bareng yaa," lanjutnya.
Beberapa sat kemudian aku melenguh dengan dengan kerasnya pertanda
pertahananku sudah jebol dan tak berapa lama kemudian kudengar suara
Jerry.
"Aaaoo, Jerr"
"Ooohohh Jer, eennaak Jer"
Pejuhku muncrat diatas perut dan dadaku.
"Akh, akh aaoohh" sahut Jerry sambil mencabut penisnya dari lobangku.
Kemudian mengocoknya dengan cepat dan memuntahkan pejuhnya diatas
perut dan dadaku sehingga pejuhku dan pejuh Jerry bercampur menjadi
satu, kemudian dengan lahapnya dia mulai menjilati pejuh kami berdua
sampai tidak tersisa sedikitpun diatas perut dan dadaku, kemudian dia
menghampiri aku dam mencium bibirku, ternyata didalam mulutnya penuh
dengan pejuh kami berdua yang akhirnya dibuat permaianan secara
bergantian antara mulutnya dan mulutku hingga akhirnya aku dan Jerry
mendapatkan pejuh setengahnya dan kami telan bersama-sama.
Sebagai tanda romantisme, aku tidak mau melewatkan masa-masa yang
indah itu, kupeluk erat tubuh Jerry yang kekar, penuh berotot dan seksi
itu walaupun tubuhku juga tidak terlalu kecil tapi tidak sekekar Jerry.
Dia menelungkupkan badannya diatas dadaku seolah-olah dia sedang
menyilang, tubuhnya ada disebelah kiriku dan kepalanya yang
tertelungkup berada disisi kepalaku sebelah kanan, sedangkan kaki
kirinya berada diatas pahaku sebelah kiri, sambil kuelus-elus
punggungnya yang padat sambil berbincang-bincang santai.
"Jerr, ternyata kamu hebat, aku kalah deh sama kamu dengan skor dua satu," kataku.
"Kamu juga Ar," katanya.
"Apakah kita saling jatuh cinta atau hanya karena saling membutuhkan, Jer," tanyaku.
"Aku tak tahu Ar, tapi harapanku semoga pertemuan kita ini tidak
hanya berakhir begitu saja dengan berakhirnya pesta PON ini,"
lanjutnya.
"Tapi kapan lagi ada kesempatan seperti saat ini," kataku lagi,
"Bukannya tempat tinggal kita saling berjauhan, aku ada dibelahan timur
sedangkan kamu ada dibelahan barat dari negeri kita ini"
"Bukannya masih ada beberapa hari lagi sebelum PON berakhir," kata Jerry.
"Betul," jawabku.
"Gimana kalau kita melewatkan waktu yang beberapa hari ini secara bersamaan, ok?" kata Jerry.
"Its good idea," sambungku.
Seperti yang menjadi kesepakatan kami berdua, akhirnya tiada hari
yang kami lewatkan dengan sia-sia selama masih ada waktu untuk
berkumpul di arena PON XV.
Kadang Jerry yang datang kekamar hotelku dan mulai bercumbu dan
mereguk kepuasan bersama disaat rekan sekamarku sedang berlaga dan
kadang aku yang datang ketempat Jerry menginap disaat rekannya berlomba
diarena, kamipun juga berlomba untuk mencapai pendakian dan kepuasan.
Ketika upacara penutupan PON dilaksanakan pada hari terakhir, pada
saat seluruh atlit berkumpul membentuk barisan untuk berdefile
berdasarkan cabang olahraganya masing-masing, maka aku dan Jerry
langsung saja cabut dari arena itu dan mencari tempat untuk mojok,
tanpa menunggu upacara penutupan itu selesai. Karena begitu banyaknya
atlit yang berkumpul sekitar 6000 orang, jadi kalau berkurang dua orang
saja tidak mungkin mempunyai arti dalam barisan tersebut, karena hari
ini merupakan hari terakhir kami bisa bersama sedangkan esok pagi kami
sudah harus kembali kedaerah kami masing-masing. Pada malam itu kami
lewatkan dengan seluruh kemampuan kami berdua dan hampir semalaman kami
tidak tidur karena ingin melampiaskan dahaga kami sampai
sepuas-puasnya, mungkin empat atau lima kali kami ngecrot dalam waktu
semalam itu.
Sekarang PON XV telah usai, tinggallah aku sendiri dengan
kenanganku yang tak akan hilang begitu saja. Kurenungkan ternyata
slogan PON telah menjadi kenyataan diantara aku dan Jerry yaitu PON
memperat kesatuan dan persatuan bangsa. Baru dua hari yang lalu aku
berpisah dengan Jerry, akan tetapi ada satu perasaan yang hilang, entah
apa itu aku juga tak mengerti. Akankah aku jatuh cinta pada Jerry atau?
"Oh, aku tak tahu".
Sore itu ketika aku duduk sendirian menghadap ke arah matahari tenggelam. Kubisikan kata-kata.
"I missed you Jerry, aku kangen berat sama kamu, kapan kita bisa bertemu lagi, apa kamu juga kangen sama aku Jerry"
Aku tak tahu apakah Jerry juga mempunyai perasaan seperti yang aku
rasakan saat ini, sampai kudengar dering telepon yang membangunkan aku
dari lamunanku dan segera kuangkat gagang telepon itu.
"Hallo"
"Hallo, Arie yaa," jawab suara diseberang sana.
"Iya betul, kamu Jerry yaa"
"Aku kangen berat deh sama kamu Ar, makanya aku telpon kamu," jawab Jerry.
"Sama dong Jerry, aku baru saja duduk termenung sambil membisikan
kata aku kangen kamu Jerry, dan ternyata angin yang baik hati
menyampaikannya pesanku padamu, terbukti kita punya rasa kangen yang
sama diwaktu yang bersamaan juga" jelasku.
"Tapi aku paling kangen sama isepanmu itu lho," goda Jerry.
"Sama, aku juga kangen sama kepala penismu yang segede telur ayam itu lho, Jerr," godaku juga nggak mau kalah.
"Ok, kalau ada kesempatan kita jumpa lagi ya dan bermain bersama lagi yaa sampai ppuuaass sekali," lanjutnya.
"Ok Jerry terima kasih, kamu sudah membuat kenangan manis dalam
hidupku dan aku tak akan melupakan mata elangmu yang membuatku
tergila-gila padamu," kataku.
"Ok, Ar, bye sampai jumpa yaa dilain kesempatan," kata Jerry mengakhiri pembicaraan jarak jauh kami.
"Bye, Jerry," kataku sambil menutup gagang telepon dengan perasaan
yang bercampur aduk, senang, sedih, kesepian, bangga dan yang pasti aku
merasa sendiri lagi dalam kesendirianku dan sepi lagi dalam kesepianku
entah sampai kapan.
"Ooohh," hanya itu desahku yang keluar dari mulutku dan semuanya
kembali beku, sunyi dan dingin serta hening. Entah sampai kapan lagi
aku dapat bertemu dengan Jerryku atau dengan Jerry-Jerry yang lain yang
sanggup menggantikannya untuk menghangatkan kembali kebekuanku ini.
Itulah yang menjadi akhir kisahku disela-sela berlangsungnya acara pesta olah raga PON XV. Di Sidoarjo, Surabaya, Jawa Timur.
E N D