Yogi tak dapat menyembunyikan kegembiraannya ketika team
kesayangannya Manchester United menang lagi atas team jagoan Joey,
Juventus. Sekali lagi, dewi keberuntungan berpihak kepada Yogi. Tak
tanggung-tanggung, kali ini taruhannya cukup besar, satu juta rupiah.
Yogi pun langsung melompat dari sofa di kamar Joey ketika peluit
terakhir wasit dibunyikan sambil bersorak, tingkahnya tak ubahnya
seperti anak kecil yang baru mendapat sekotak besar coklat, setelah itu
ia berputar-putar mengitari Joey sambil memasang muka jeleknya.
Sungguh, seketika raut muka Joey langsung berubah seperti orang yang
kehilangan gairah hidup, kusut bercampur jengkel. Lagi-lagi ia sial,
harus merelakan uang sakunya selama satu bulan berpindah tangan ke
tangan Yogi. Meski dengan berat hati, ia pun mengambil juga sisa
uangnya dari dalam lemari dan menyerahkannya ke tangan Yogi, ia tidak
mau ingkar janji. Sementara itu Vino hanya bengong di atas karpet
sambil menikmati keripik kentang, persediaan camilan Joey untuk
seminggu itu, ia hampir menghabiskannya tanpa ia sadari. Untunglah Vino
tidak ikut-ikutan taruhan, sebelumnya ia pun sudah menjagokan Juventus.
Joey memang benar-benar sial punya teman-teman yang hanya bisa
membuatnya jatuh miskin, tapi meski begitu ia sangat menghargai arti
sebuah persahabatan yang tidak bisa ditukar dengan segudang keripik
kentang sekalipun.
Yogi pun tak sampai setega itu, ia bukanlah tipe raja tega yang
bisa bersenang-senang di atas penderitaan orang lain yang notabene
adalah sohib kentalnya sendiri. Yogi tak jadi mengambil uang taruhan
itu, ia meraih tangan Joey dan mengembalikannya. Yang jelas, ia tak
ingin temannya itu puasa terpaksa selama sebulan penuh, apalagi jika
sampai ditraktir oleh ceweknya setiap kali makan malam, itu sama saja
dengan menurunkan gengsi Joey di mata gadis pujaannya itu.
Lagi-lagi jam dinding di kamar Joey berbunyi, Joey memandanginya.
Sudah jam dua pagi! Joey pun mematikan televisinya, ketika kedua
temannya itu sudah berbaring kelelahan di atas kasurnya. Ia pun lantas
ikut membanting tubuhnya ke atas kasur spon di kamarnya itu, memang
agak sesak untuk memuat tiga orang, apalagi Vino yang paling tidak bisa
diam saat tidur. Tak lama Joey bangun lagi dan bangkit dari kasurnya,
ia lantas melepaskan celana panjangnya, seperti biasa ia ingin tidur
dengan bercelana pendek dan bersinglet. Tapi entah mengapa ia merasa
gerah sekali malam itu, memang sedang musim pancaroba. Maka ia pun
melepaskan juga singletnya, bertelanjang dada. Tapi itu pun tidak
banyak menolong, ia sebenarnya ingin sekalian melepaskan celana
pendeknya pula dan bertelanjang ria, tentunya jika tidak ada kedua
temannya itu. Meski Yogi dan Vino tampak telah terlelap dibuai
mimpi-mimpi indah, toh ia akhirnya mengurungkan juga niatnya itu.
Sekitar jam lima pagi, ketika ayam jantan di pekarangan belakang
berkokok, Joey merasakan adanya hawa hangat yang menempel di badannya,
memeluknya dari belakang. Lebih-lebih pantatnya terasa digesek oleh
kain basah. Sambil setengah sadar dan memicingkan mata, ia membalikkan
badannya, ganti memeluk tubuh Yogi dan ia memeluknya dengan erat,
sampai-sampai mukanya menempel di muka pemuda itu. Kakinya disilangkan
ke pinggul Yogi, seperti ketika memeluk guling saja. Tak lama Yogi pun
terbangun ketika hidungnya mencium bau badan tak sedap di depan batang
hidungnya, ia benar-benar kaget bukan kepalang ketika disadarinya bahwa
ia telah dijadikan guling oleh Joey, dan menyadarai bahwa sampai
sedekat itu tubuh mereka bersentuhan. Tapi Yogi tak segera
melepaskannya, entah angin dari mana yang membuatnya kemudian merasa
nyaman diperlakukan seperti itu, yang jelas saat itu ia merasa celana
dalamnya agak basah, ternyata semalam ia telah mimpi basah. Dan bagai
kucing yang disediakan dendeng, gayung pun bersambut, kini Joey
seolah-olah menawarkan diri untuk mewujudkan mimpi Yogi semalam,
sungguh membangkitkan gairah.
Kontol Yogi pun tak lagi bisa tertidur tenang dalam sangkarnya,
apalagi menghadapi serangan fajar semacam itu. Tentu saja, sang titit
pun yang semula lemas dan kenyal seperti permen karet itu
perlahan-lahan mengembang dan mengeras juga di dalam celana 3/4 yang
membalut tubuhnya saat itu. Ia memang masih tergolong remaja yang fresh
dan belum memasuki masa akil balignya, tetapi meski demikian
pertumbuhan kontolnya boleh dikatakan seimbang dengan masa
pertumbuhannya, bahkan kini sudah mencapai 12 cm. T-shirtnya sudah
dilepaskannya dari tadi ketika ia merasa gerah dan kepanasan, makanya
pantas saja jika Joey bisa merasakan hangatnya tubuh dan dekapan Yogi
tadi.
Yogi memberanikan dirinya mengelus-elus muka Joey, menyibakkan
rambut panjang berombak yang menutupi muka Joey. Cukup lama ia
memainkan jari-jemarinya di seputar wajah Joey yang imut dan tampan itu
sambil sesekali mencoba memasukkan jempol tangannya ke bibir Joey yang
sangat sensual dengan berhati-hati sekali agar tidak sampai
membangunkan Joey, kemudian perlahan jari-jemarinya makin turun ke dada
Joey yang sedikit berbulu, kemudian teru dan terus turun ke bagian
bawahnya, Yogi pun kemudian menyusupkan kedua telapak tangannya ke
dalam celana karet yang dipakai Joey, begitu mudahnya ia menyusupkan
tangannya karena karet celana Joey yang memang agak longgar itu. Yogi
mulai meraba-raba kontol Joey dari balik celana dalamnya, ia dapat
merasakan kontol Joey lambat laun mulai menegang dan mengeras,
bagaimana bisa Joey menanggapi rangsangannya saat itu jika ia masih
tidur? Justru itulah yang kemudian membuat Yogi menjadi terperanjat dan
kalang kabut, perlahan matanya menatap ke arah Joey, yang nyengir ke
arahnya, tampaknya Joey telah memergoki Yogi hendak melakukan percobaan
pemerkosaan kepadanya pagi itu, sebuah serangan fajar.
"Kok berhenti?" tanya Joey sambil memandangi temannya yang tampak
kikuk dan pucat itu. Yogi pun cepat-cepat menarik tangannya keluar dari
arena penjelajahannya.
"Sorry, aku.." kata Yogi terbata-bata. Ia berhenti tak melanjutkan
kata-katanya karena tak menemukan alasan yang tepat sebagai jawaban.
Tangan Joey tiba-tiba memegang batang kejantanan Yogi, meremasnya dari
balik celana yang dipakai Yogi.
"Kau mimpi basah, yah? Hayo, kau mimpikan siapa tuh!" tanya Joey
setengah berbisik. Yogi tak menjawab, mukanya benar-benar pucat.
"Teruskan saja, Gi. Enak lagi!" sambung Joey lagi sambil tersenyum.
Joey malah menuntun tangan Yogi untuk dimasukkan kembali ke balik
celananya, bahkan sampai ke balik celana dalamnya sekalian untuk
menjamah langsung kontolnya yang 14 cm itu. Yogi pun lambat-laun
berhasil menenangkan dirinya dan mengatur kembali detak jantungnya,
sementara di tangannya saat itu sudah tergenggam batang kejantanan Joey
yang sedang ereksi penuh dan telah mencapai klimaksnya, mengeras dengan
urat-uratnya. Yogi pun kemudian memperkuat cengkeramannya, ia
meremas-remas dan memijit-mijit kontol Joey untuk beberapa saat
lamanya, kemudian ia mencoba mengeluarkan kontol Joey itu dari balik
celananya. Kontol Joey sungguh seksi terjepit di karet celana pendek
yang dipakainya itu, kulupnya telah membuka, seolah-olah telah siap
untuk segera dilumat.
Yogi pun tak lagi bisa bersabar menunggu lebih lama lagi untuk
menikmati kontol sahabatnya itu, ia lantas merubah posisinya,
berjongkok di samping paha Joey. Lalu Yogi melepaskan celana Joey,
menanggalkan semuanya sampai pemuda itu telanjang bulat. Ia pun lantas
membuka celananya sendiri, sekaligus celana dalam G-Stringnya.
Kemudian, ia membungkukkan badannya tepat di atas rudal Joey yang
berdiri tegak itu, Yogi pun lantas memasukkannya ke dalam mulutnya
dengan penuh gairah, melumatnya dan menjilatinya dengan penuh nafsu. Ia
memain-mainkan kontol Joey keluar masuk mulutnya. Menghisap dan
menyedotnya dengan nikmat berulang kali sampai ia benar-benar merasa
puas. Joey pun tak lagi bisa menahan sensasi nikmat yang diberikan
Yogi, ia menggelinjang-gelinjang tak karuan di atas kasurnya sambil
mengerang-erang.
"Argh, nikmat Gi!" Joey mendorong kepala Yogi agar kontolnya itu
masuk seluruhnya ke dalam mulut Yogi. Baru sekali itu, kontol Joey
dihisap orang, dan Joey sungguh tak bisa melukiskan kenikmatannya. Jauh
lebih nikmat daripada permainan onaninya selama ini.
Yogi makin buas saja, tak hanya batangnya yang ia lumat, lidah Yogi
pun mulai menjilat-jilat liar ke kantong buah pelir Joey, menikmati
kedua bijinya yang terbungkus kulit kemerahan dan diselimuti
jembut-jembut halus itu. Aroma kelelakian Joey benar-benar sangat
terasa, sedikit pesing namun menggairahkan. Kemudian Yogi beralih ke
seputar selangkangan Joey, ia menjilatinya sampai mendekati lubang
anusnya. Diangkatnya sedikit ke atas pantat Joey agar lidah Yogi bisa
mencapai sampai ke bawah buah pelir Joey. Yogi benar-benar sudah tak
lagi terkontrol, pemuda bertampang lugu dan imut itu makin liar saja
dengan permainannya, seolah-olah bukan lagi kelas amatiran.
Vino pun terbangun mendengar erangan Joey yang makin keras saja.
Anak muda itu seakan tak percaya dengan adegan yang sedang berlangsung
di depan matanya, ketika Yogi hampir menusukkan rudalnya ke pantat Joey
yang saat itu telentang dengan kaki dan pantatnya mengangkat. Yogi pun
memegang batang kejantanannya untuk memastikan cukup kokoh untuk
ditenggelamkan ke dalam anus Joey. Perlahan-lahan dituntunnya,
kontolnya itu memasuki hole yang pertama. Memang agak sedikit susah,
tetapi lama-kelamaan ia pun berhasil juga.
Joey menggigit bibir bawahnya, menahan rasa nyeri yang di alaminya
di dinding anusnya itu ketika sebuah benda tumpul yang sedemikian
kerasnya dimasukkan ke dalamnya. Tetapi Yogi tak begitu
mempedulikannya, ia tetap saja mendorong kontolnya sampai tenggelam
penuh di dalam anus Joey. Setelah masuk seluruhnya, Yogi pun
perlahan-lahan mencoba mempraktekkan apa yang pernah dilihatnya dari
Blue Film selama ini yang sepertinya nikmat untuk dicoba. Yogi
mendorong dan menarik pinggulnya maju mundur seiring dengan keluar
masuk kontolnya di dalam lubang anus Joey.
Joey makin keras mengerang, untunglah tak ada seorang pun di rumah
saat itu. Jesse kebetulan menginap di rumah Jenny semalam dan tentu
saja tidak akan pulang sepagi itu. Vino pun tak lagi puas hanya dengan
bengong saja, apalagi menyaksikan kedua sohibnya itu mempertontonkan
badan mulus mereka yang pastinya bikin merangsang. Barangkali hanya
Vino yang paling berpengalaman dalam urusan permainan ranjang di antara
mereka berlima, karena Vino beberapa kali pernah melakukannya dengan
cewek-cewek yang memburunya. Tetapi tentu saja, dengan sesama cowok ia
belum pernah mencobanya. Vino sampai ngiler melihatnya saat itu,
sepertinya permainan Yogi dan Joey asyik juga.
Vino kemudian menanggalkan t-shirt dan membuka sabuk celana
jeansnya, ia lantas membuka restsleting celananya itu dan melepaskan
semua sisa-sisa pakaian yang masih menempel di badannya. Ia seolah
hendak mempertontonkan tubuhnya yang memang kekar dan berotot itu,
wajar saja demikian karena Vino suka sekali fitness. Vino mendekati
kedua temannya yang sedang berpacu dengan birahi itu. Ia langsung
menindih dada Joey dan mengarahkan rudalnya ke mulut Joey agar dihisap.
Joey pun menurut saja, di saat ia sendiri merasakan nyeri karena Yogi
menyodominya, ia pun mencoba untuk memuaskan hasrat Vino.
Vino mendorong badannya lebih ke depan sambil memasukkan rudalnya
ke dalam mulut Joey, sampai seluruh batangnya tenggelam penuh di dalam
mulut Joey. Sementara itu Joey pun menanggapinya dengan agresif,
setelah ia menghisap kontol Vino di dalam mulutnya beberapa lama, Joey
lalu mencengkeram kontol Vino dan mengocoknya, sesekali dijilatinya
ujung kontol Vino yang panjangnya 14 cm itu.
Yogi sudah tak lagi dapat menahan semprotan spermanya setelah
beberapa kali ia memompa kontolnya keluar masuk lubang anal Joey, ia
pun lantas memuntahkan cairan keperjakaannya di dalam lubang anus Joey,
dan sebagian lagi tumpah ruah di atas sprei.
Kini berganti Vino yang mencoba untuk menembus lubang anal Yogi di
balik pantatnya yang padat dan seksi itu. Yogi berada dalam posisi
nungging (doggy style) di atas badan Joey, kontol Yogi tepat
menggantung di atas mulut Joey, sehingga Joey pun punya mainan
tersendiri. Vino merapatkan kontolnya ke lubang anus anus Yogi,
kemudian ia membungkuk dan memeluk Yogi dengan erat dari belakang
sebelum akhirnya ia menggoyang pinggulnya sekalian mengatur irama
kontolnya keluar masuk ke lubang anus Yogi berulang-ulang.
"Pantat kamu oke juga, Gi!" puji Vino sesaat setelah spermanya yang
kental itu muncrat karena tak tahan lagi dirangsang seperti itu. Yogi
langsung merebahkan badannya ke atas kasur di samping Joey, ia meringis
sambil menahan sakit di lubang pantatnya akibat ditusuk Vino itu.
Sementara itu Vino belum menyerah, staminanya masih cukup kuat. Ia
pun kemudian merebahkan dirinya menindih Joey, tetapi dengan posisi
membelakangi sehingga dada Joey menempel dengan punggung Vino.
"Please, fuck me, Joey!" pinta Vino sambil mengatur agar kontol Joey bisa tepat sasaran di lubang analnya.
Setelah dirasanya sudah pas, Vino mengangkat sedikit tubuhnya ke
atas dan kemudian menggoyang-goyangkan pinggulnya naik turun, seiring
dengan keluar masuknya kontol Joey di dalam lubang anus Vino. Tak tahan
berlama-lama seperti itu karena membuat pinggang Vino sakit, maka
merekapun berpindah ke atas sofa, Joey duduk diatas sofa dan Vino masih
seperti posisi yang tadi berjongkok membelakangi Joey dan menempelkan
lubang anusnya ke kontol Joey di bawahnya. Setelah itu, dipompanya
kembali pantatnya naik turun, sampai Joey memuntahkan spermanya.
"Ach!" desah Joey begitu spermanya menyemprot tiga kali di lubang
anus Vino seiring dengan melemasnya kontolnya sesudah itu. Joey seperti
baru saja menanggalkan pikulan yang sangat berat di bahunya. Ia
benar-benar lega dan puas, dan bukan hanya Joey, Yogi dan Vino pun
merasakan kepuasan yang sama!
E N D