Sudah lama saya mengalami depresi. Depresi yang kualami ini unik sebab
berhubungan erat dengan seks. Saya sudah cukup stress dengan kenyataan
bahwa saya ternyata adalah seorang homoseksual. Tapi kini ditambah
dengan hasratku untuk ngesex tapi tak ada seorang pria pun yang dapat
kuajak berhomoseks.
"Kenapa susah sekali untuk menemukan pria homoseks di Indonesia?" pikirku dengan perasaan yang sangat sedih.
Pada sore itu, saya pun memutuskan untuk jalan-jalan sore saja
daripada tinggal di rumah dalam keadaan stress. Saat sedang melewati
tempat makan kaki lima di jalan raya, saya melihat beberapa pria
pribumi sedang sibuk menyusun tenda makan kaki lima. Pria-pria itu
masih muda dan tampan, dan semuanya bertelanjang dada! Dada mereka
nampak indah, penuh otot, dan berkilat-kilat karena keringat. Kontolku
naik melihat pemandangan yang sungguh indah itu.
Berpura-pura ingin makan, kudekati mereka. Meskipun mereka semua
tampan-tampan dan merangsang nafsu, mataku tertuju pada seorang pria
saja. Entah kenapa, dia begitu menarik hatiku dan saya ingin sekali
memilikinya walau hanya semalam saja.
Belakangan kami pun berkenalan dan saya pun mengetahui namanya:
Budi. Budi masih muda, 24 tahun, bertubuh tegap, otot-otot menyembul
keluar dari tubuhnya, rambutnya cepak, senyumnya menawan, wajahnya
tegas da berwibawa. Pemuda itu hanya mengenakan celana panjang hitam,
bertelanjang dada. Saya menikmati sekali melihat gerakan otot-otot
dadanya saat dia sedang sibuk bekerja.
Singkat kata, saya mengatakan terus-terang bahwa saya ingin
menghisap kontolnya dan rela membayar untuk itu. Saat ditanya akan
dbayar berapa, saya menunjukkannya selembar uang dua puluh ribu (saya
memang sejujurnya bukan anak orang kaya). Entah kenapa, Budi
menyetujuinya sambil mengambil uang itu dari tanganku. Setelah meminta
izin pada majikannya, Budi pun mengajakku ke rumah kontrakannya.
Di sana, Budi segera melolosi pakaiannya, kali ini celana panjang
dan celana dalamnya juga ikut dilepas. Benar-benar sungguh pemandangan
yang sangat indah! Sambil menikmati tubuh ketat Budi dengan mataku,
saya pun segera melepas semua pakaianku. Nafsuku meledak-ledak dan
ingin sekali segera kulahap dia. Budi menghampiriku dan memelukku.
Tanpa ragu dan malu, dia langsung menciumiku, seakan menikmatinya.
Jangan-jangan Budi juga homoseks, tapi dia perpura-pura straight,
pikirku. Namun bibirnya yang terus-menerus menyerangku mmebuatku lupa
akan segalanya. Dengan penuh nafsu, Budi melumat bibirku; lidahnya
mnenyerang masuk dan air liurnya menyerbu masuk. Saya menyerah di
hadapannya. Kubiarkan dia menikmati bibirku.
"Oohh.. Bibir yang indah," komentar Budi.
"Loe pasti penasaran. Kenapa gue nampak nafsuan sekali, kan?" tanyanya seakan bisa membaca pikiranku.
"Gue doyan cewek sebenarnya. Tapi seminggu kemarin gue baru aja
nonton film porno homo. Cowok-cowok itu keliatannya menikmati banget
hubungan seks sejenis. Gue jadi penasaran. Dan tiba-tiba pucuk dicinta,
ulam tiba. Terus terang, udah seminggu, gue belum ngecret"
Selesai berbicara, Budi kembali menenggelamkanku dalam ciumannya.
Oh, kini saya mengerti. Pantas saja Budi bernafsu sekali padaku. Dia
penasaran dengan gay seks. Tapi nampaknnya dia sangat menikmatinya.
"Mm.. Gue suka bibir loe.. Mm.." SLURP! SLURP! SLURP! Budi terus menjilatiku. Astaga, mimpi apa aku semalam? ;)
Tiba-tiba Budi melepaskanku dan menjatuhkan dirinya di atas sofa.
Kedua kakinya mengangkang, terbuka lebar-lebar, dan mempertontonkan
kontolnya yang sudah ngaceng. Dengan tatapan nakal menggoda, Budi
memintaku untuk mendekatinya. Jantungku berdebar-debar saat saya
berlutut di hadapannya. Tubuhnya begitu menggoda; saya tak dapat
melawan hasratku. Dengan tangan yang sedikit gemetaran (akibat rasa
tegang), kuelus-elus dadanya. Ah.. Untuk pertama kalinya, saya bisa
memegang dada seorang pria secara homoseksual. Saya penggemar dada dan
puting cowok. Bagian tubuh itu sangat merangsang nafsu birahiku.
Budi terlihat sangat menjaga kebugaran tubuhnya meskipun dia hanya
berkerja di tempat makan kaki lima saja. Bentuk dadanya indah sekali,
keras berotot. Lengannya bengkak-bengkak dengan otot. Sedangkan
perutnya memang agak datar, mungkin karena dia tidak banyak mengerjakan
perkerjaan berat yang berhubungan dengan otot perut. Dada yang bidang
itu kuremas-remas seakan susu segar akan mengalir keluar jika
kuperlakukan dadanya seperti itu. Khusus pada putingnya, mula-mula
kutarik-tarik. Bagaikan hidup, kedua puting itu mulai mengeras dan
timbul. Langsung saja kupelintir keras-keras.
"AAHH!!" Budi mengerang, namun dia menyukainya. Kontolnya pun mengatakan hal yang sama, terus berdenyut-denyut.
Puas memainkan putungnya selama bermenit-menit, saya mulai operasi
penjilatan. Dimulai dengan dada seksi itu. Setiap jengkal kulit daerah
itu kujilati habis-habisan, membuatnya berkilauan tertimpa cahaya
matahari sore. Bagaikan bayi yang sedang menyusu, kuhisap putingnya
kuat-kuat. SLURP! SLURP.
"Mmpphh.. Mm.. Mmpphh.."
Ah, nikmat sekali. Kupandangi wajahnya yang tampan, dia nampak
lebih dari puas. Kuteruskan misiku, dari dada, saya turun ke perut,
kemudian sampai pada kontol ngacengnya. Ah, kontol pertama yang kulihat
dengan mata kepalaku sendiri. Sebelumnya hanya dapat kunikmati lewat
foto-foto porno di Internet. Tapi kontol Budi sangat nyata, dapat
kuraba dan kusedot.
Seperti kebanyakkan kontol pribumi lainnya, kontol Budi bersunat.
Kepala bajanya yang agak kemerahan itu berdenyut-denyut, seksi sekali.
Tiba-tiba, hal yang paling indah terjadi di hadapanku. Pelan-pelan,
dari dalam lubang kontolnya, muncul setitik cairan. Cairan itu semakin
lama semakin banyak dan terlihat seperti sebuah mutiara kecil yang
duduk di atas lubang kontol Budi. Tanpa permisi, saya langsung menjilat
cairan itu dengan sekali sapuan lidah. SLURP! Mm.. Asin tapi nikmat.
Kuusap-usap leher dan dadaku untuk menunjukkan betapa saya sangat
menikmati setetes precum-nya itu.
"Gue suka banget ama tingkah laku loe yang mesum. Loe bikin gue semakin ngaceng," kata Budi, mengusap-ngusap kepala kontolnya.
"Hisapin donk kontol gue, seperti di film-film. Hisap yang kuat dan
buat gue ngecret di mulut loe. Ayo donk sayang," bujuknya, menjelajahi
dadaku dengan jarinya.
Saya pun tunduk padanya. Dengan menggenggam batang kenikmatan milik
Budi, saya mulai memasukkannya ke dalam mulutku yang lapar. Mm.. Hangat
dan nikmat. Seperti memakan sosis! Dengan lembut, kontol itu kujilat
dan kuhisap. Aahh.. Budi pun semakin terangsang, terdengar dari
erangannya.
Semakin dia mengerang, semakin saya bersemangat. Tak kusangka
menyepong kontol bisa senikmat ini. SLURP! SLURP! Sementara itu, Budi
semakin menjadi-jadi. Erangannya terdengar keras sekali, seperti
banteng yang sedang menggerutu.
"HHOOHH.. AAHH.. OOHH.. AAHH.. HHOOSSHH.."
Tangannya menggapai-gapai liar dan kemudian bersarang di atas
kepalaku. Rambutku diremas-remas tapi saya tidak merasa kesakitan. Saya
senang sekali bisa memberikan kepuasan padanya.
"OOHH.. Enak sekali.. AAHH.. Sedot terus.. AAHH.. Hisap kontol gue.. UUHH.. Enak banget.. AAHH.. Dihisap homo.. AAHH.."
Semakin mendengar erangannya, saya menjadi semakin bersemangat.
Kontol itu terus saja kusedot-sedot. Mm.. SLURP! Sampai akhirnya kontol
itu pun berdenyut-denyut dengan ganas dan mulai menembaki mulutku
dengan pejuh.
CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!! Mash memegangi
kepalaku, Budi mengangkat pinggulnya agar kontolnya lebih masuk ke
dalam mulutku seraya menjerit kenikmatan.
"AARRGGHH..!! UUGGHH!! AAHH!! OOHH!! AAHH!!" Dengan panik, saya
berusaha menelan semua pejuhnya, namun terlalu banyak yang masuk ke
dalam mulutku sedangkan mulutku kecil. Tumpahlah sebagian pejuh itu dan
turun melumuri leher dan dadaku.
Setelah orgasme Budi selesai, dia membungkuk dan menciumiku. Di
dalam mulutku masih terdapat sisa pejuhnya, tapi dia tidak peduli.
Dengan laparnya, dia menjilati rongga mulutku, mencari pejuhnya. Mm..
Seksi sekali. Kami pun kembali saling berciuman dan berbagi pejuh.
Harus kuakui, pejuh Budi terasa sangat enak. Sambil menciumiku, tangan
Budi dengan sensual menjalari dadaku. Cairan pejuh yang sempat
tertumpah ke tubuhku diusap-usapnya agar menyebar merata. Aahh..
Kontolku berkedut-kedut, meneteskan precum, ingin dipuaskan. Tanpa malu-malu, saya berkata.
"Budi, ngentotin gue donk. Gue butuh kontol loe di pantat gue. Ayolah, ngentotin gue."
Budi agak terkejut mendengar kataku. Baginya oral seks merupakan
hal biasa, namun anal seks masih asing. Selama ini dia selalu ngentot
dengan cewek. Belum pernah sekalipun dia menusukkan kontolnya ke dalam
anus seseorang, apalagi anus seorang pria. Saya sendiri juga belum
pernah dianal, tapi saya bernafsu sekali padanya. Saya harus memiliki
kontolnya di dalam pantatku.
Budi nampak ragu-ragu.
"Entahlah. Apa loe yakin, loe mau kontol gue nancap di dalam situ?
Gue sih belum pernah nyoba. Sepertinya kotor sekali jika kontol gue
ditusuk ke situ."
"Kan bisa dicuci, Bud," jawabku.
"Ayolah, kumohon. Lagipula loe 'kan udah gue bayar untuk
mengentotin gue. Jangan ragu, Bud. Tancapkan aja kontol loe
dalam-dalam. Buat gue kesakitan dengan kontol super milik koe. Ayolah,
Bud," saya terus memohon-mohon.
"Baiklah. Kelihatannya gue gak bisa melawan keinginan loe. Oke
deh, sesuai perjanjian, gue bakal ngentotin loe. Tapi ingat, apa pun
yang terjadi, loe gak boleh kabur di tengah acara ngentot Oke? Loe
mesti bersedia gue ngentotin sampai gue ngecret di dalam pantat loe."
Saya langsung tersenyum; akhirnya Budi ingin juga menyodomiku.
Dengan bernafsu, Budi mengusap-ngusap kepala kontolnya. Pejuhnya yang
masih menempel di kontolnya mulai tersebar merata sampai ke dasar
kontolnya, siap tempur. Tiba-tiba saja Budi bangkit dari sofa,
mencengkeram badanku, dan memindahkannya ke atas sofa.
Berbaring telentang dan telanjang di situ membuatku makin
terangsang saja. Budi kemudian naik ke sofa dan memposisikan kontolnya
di depan anusku. Kedua kakiku diletakkan di atas bahunya yang bidang.
Ah, saya merasa begitu rawan untuk dikerjain. Tapi saya memang
mengharapkan agar Budi mau mengerjain anusku.
Saat kepala kontol Budi mulai memaksa masuk, saya mencengkeram sofa
itu sekuat-kuatnya. Rasa sakit mulai menusuk tajam saat lubang anusku
dipaksa untuk membuka selebar-lebarnya.
"AARRGGHH!!" erangku. Tak kusangka rasa sakit pertama kali dianal akan sebegini sakinya.
"AARRGGHH!!" erangku lagi.
PLOP! Kontol itu pun akhirnya masuk. Napasku terengah-engah,
menahan sakit yang masih membakar anusku. Belum sempat saya
mempersiapkan diriku, Budi sudah mulai menggenjot. Nampaknya dia sama
sekali tak memperhatikan penderitaanku. Dia hanya ingin menikmati
nikmatnya mengentotin pantatku. Begitu kontolnya itu ditarik mundur,
saya pun mengerang kesakitan. Begitu pula saat kontolnya dimasukkan ke
dalamku..
"AARRGGHH!!"
Keringat mulai membasahi tubuhku sementara kepalaku
kugoyang-goyangkan untuk mengusir rasa sakit. Namun rasa sakit masih
tetap menyiksaku. Meskipun demikian, kontolku tetap tegak, menikmati
semuanya.
"Hhoohh.. Ternyata.. Anus cowok.. Aahh.. Lebih enak.. Hhoohh.. Gue
suka ngentotin loe.. Aahh.. Hhoosshh.." komentar Budi, terus menerus
menyodokkan kontolnya.
Kulihat dadanya yang bidang juga sudah mulai tertutup
butiran-butiran keringat. Tiap kali dia menarik napas, dadanya naik
turun. Aahh.. Saya terangsang sekali hanya dengan melihat dadanya saja.
"Hhoohh.. Ngentot loe.. Aahh.. Hhoohh.. Ngentot.. Aahh.."
Sodokan kontol Budi mulai terasa nikmat. Pelan-pelan rasa sakit itu
memudar dan digantikan rasa nikmat yang tak terkatakan. Seperti seorang
pelacur yang sedang 'kepanasan', saya menggeliat-geliatkan badanku
seraya melemparkan kata-kata jorok.
"Hhoohh.. FUCK ME! aahh.. Bud, kontol loe.. Aahh.. Gede banget..
Hhohh.. Gue suka.. Aahh.. Ngentotin gue, Bud.. Hamilin gue.. Aahh..
Pake anus gue.. Aahh.. Pake bodi gue.. Aarrghh.."
Tak kuasa menahan kenikmatan yang semakin lama menjadi semakin besar, saya segera menggenggam kontolku dan mulai mengocoknya.
"Hhohh.. Hhooshshh.. Aahh.. Uuhh.."
Kami berdua menaiki puncak orgasme dan kini telah berdiri di tepi
jurang orgasme. Yang harus kami lakukan hanyalah melompati jurang itu.
"AARRGGHH!!" Budi mengerang kuat-kuat, tangannya menggenggam
pinggulku. Dapat kurasakan kepala kontolnya membesar dan kemudian
menembakkan pejuh bertubi-tubi.
CCROOTT!! CCRROOTT!! CCRROOTT!! Kontan saja, badanku dibanjiri pejuh.
"AARRGGHH!! UUGGHH!! OOHH!! AARRGGHH!!"
Tubuh Budi yang perkasa menghentak-hentak seperti kuda liar,
kontolnya terus menyerangku sampai tetes pejuh penghabisan. CCRROOTT!
"Hhoohh.." desahnya dan dia pun melemas. Namun semua belum tuntas sebab saya belum mendapatkan orgasmeku.
"Hhoohh.. Gue ngecreett.." Erangku dan memperkuat remasan kontolku. Dan.. CCRROOTT!! CCRROOTT!! CCROOTT!
"AARRGGHH..!!" Dengan satu erangan panjang, pejuhku muncrat ke atas seperti air mancur.
Lelehan pejuhku turun membasahi dada dan perutku, dan juga batang
kontolku. Rasanya hangat dan licin di kulitku. CCRROOTT!! CCRROOTT!
"UUGGHGH!! HOOHH!! AAHH!! UUHH!!"
Sementara badanku mengejang-ngejang, Budi tetap di posisinya.
Kontolnya yang mulai mengempis masih berada di dalam lubang kontolku,
teremas-remas kontraksi otot anusku. Wajahnya sedikit meringis saat
kepala kontolnya yang sensitif dikerjain oleh lubang anusku.
"AAHHh.." Saya mendesah panjang saat sudah tidak ada lagi pejuh yang keluar.
Budi menundukkan kepalanya dan menciumiku lagi. Spermaku yang
menempel di badanku digosok-gosokkannya secara merata. Aahh.. Saya tak
dapat berkata apa-apa, hanya tersenyum puas. Saya juga lega bahwa Budi
menikmatinya. Jadi, dia tidak merasa terpaksa harus mengentotin saya.
Butuh waktu hampir 15 menit sampai napas dan energi kami akhirnya
kembali normal. Setelah kami berpakaian kembali, Budi menciumi bibirku
dan kemudian mengeluarkan uang lembaran 20 ribu dari saku celananya.
"Ini, gue kembali'in duit loe. Gue gak pantas mengambilnya. Lagian
gue tau loe gak kaya. Gue cukup enjoy berhomoseks ama loe. Jadi
berhubung gue juga enjoy dan gak merasa dipaksa, gue gak pantas ambil
duit loe."
Jarang sekali menemukan pria seperti Budi: tampan, jujur, dan juga
horny. Kami pun berciuman kembali sambil berangkulan. Kurasa lain kali,
jika saya sedang butuh pelampiasan seksual, saya akan menemui Budi-ku
yang tampan dan berotot agar dia ngentot pantatku dengan kontolnya.
E N D