Aku sedikit tersadar karena desahan nafas
menerpa wajahku, aku merasakan kecupan mesra di keningku dan
selanjutnya di leherku. Ryan terus menciumi leherku dan terus ke bawah
menjilati puting susuku yang membuatku menggelinjang di tempat tidur.
Puting susuku bergantian dimainkan dengan lidahnya, kadang dihisap
dalam-dalam dan kadang digigit. Dengan mata yang malas terbuka, aku
melihat Ryan mulai melanjutkan serangannya, aku masih ngantuk karena
semalam kami bercinta beberapa ronde, aku tidak ingat. Ryan terus
membelaiku sambil menyibakkan selimut yang menutupi bagian bawah
tubuhku. Kini tubuhku yang polos terlihat semua, karena sehabis
bercinta semalam kami tidur tanpa mengenakan pakaian.
Ryan terus merangsangku dengan jilatannya di perut dan pusarku,
kubelai-belai rambutnya. Tiba-tiba Ryan menjilati batang kemaluanku,
dari kepalanya yang besar dia bergerak mengelilingi batang kemaluanku
turun-naik beberapa saat, kemudian dia beralih ke daerah lipatan paha
dan buah zakarku. Buah pelirku disedot, dilumat dan dimainkan dengan
lidahnya, "Aaagghh.." aku semakin menggelinjang dan meregang sambil
kuremas rambutnya. Sejurus kemudian Ryan telah memasukkan batang
kemaluanku ke dalam mulutnya, "Ooocchh.. sstt.." kuangkat sedikit
pantatku dan kakiku meregang karena nikmatnya. Ryan terus menghisap
dengan lembut, memasukkan dan mengeluarkan batang kemaluanku dari
mulutnya, semakin lama semakin cepat. Sementara itu tangannya mulai
memainkan lubang pantatku, dan jarinya mulai dimasukkan ke dalamnya,
"Ooogghh.. sstt.." aku menggeliat-geliat merasakan kenikmatan yang
mulai naik ke ubun-ubun.
Kemudian Ryan mulai memutar tubuhnya ke posisi 69, kini batang
kemaluan "Indo"-nya yang "XXL" berada di depanku, dengan bernafsu
kujilati paha, daerah lipatan antar paha dan terus ke buah zakarnya,
kurasakan bau khas laki-laki yang semakin merangsang birahiku. Kupegang
dan kujilati kemaluan Ryan, mulai dari kepalanya yang besar, kumainkan
lidahku di lubang kemaluannya, Ryan meregang, otot pantatnya mengeras.
Kulanjutkan jilatanku terus ke bawah menyusuri batangnya sampai kantung
buah zakarnya. Batang kemaluannya semakin membesar dan tegang, segera
kuhisap dalam-dalam dan kurasakan denyutan uratnya keras tapi lembut,
mulai kukocok keluar-masuk dari mulutku. Karena kemaluannya yang sangat
besar, aku hampir tersendak dan pangkal batangnya yang tidak masuk di
mulutku kukocok dengan tangan kananku. Ryan mengimbangiku dengan
menggoyang naik turun pantatnya. Sementara itu Ryan juga sedang sibuk
menghisap batang kemaluanku. "Ooocchh.." aku merasakan sensasi perasaan
yang sulit kutuliskan, tubuhku meriang. Semua berlangsung dengan irama
yang semakin cepat disertai erangan-erangan kenikmatan.
Ryan semakin ganas menjilat dan menggigit pantatku, memainkan
anusku dengan lidahnya, aku hampir berteriak merasakan kenikmatan yang
dahsyat, "Ooohh.." terasa geli dan nikmat yang belum pernah kurasakan,
"Ooogghh.. fuck me.. fuck me.. please.." pintaku. Aku kemudian
menggeser tubuhku ke pinggir ranjang. Ryan turun dan berdiri di pinggir
ranjang, kuangkat kedua kakiku dan perlahan-lahan batang kemaluan Ryan
dimasukkan ke anusku. "Aaacchh..," aku berteriak karena terasa sakit
dan panas. Ryan berhenti sejenak, kukendorkan otot anusku dan akhirnya
batang kemaluan besar itu menerobos ke lubang anusku. Ryan mulai
menarik dan mendorong perlahan dan semakin cepat, aku mengimbangi
dengan menggoyang pantatku, sementara tanganku terus mengocok batang
kemaluanku sendiri, "Ooogghh.. sstt.." kami berdua melenguh nikmat
bergantian. Setelah beberapa saat Ryan mencabut kemaluannya dari
anusku, "Sekarang giliran kamu.." Ryan berkata sambil naik dan jongkok
di atas batang kemaluanku, segera kubimbing kemaluanku ke lubang
anusnya dan langsung kusodok, "Aaagghh.. oocchh.." kami melenguh
bersamaan, kurasakan lubang anusnya hangat, menjepit dan meremas batang
kemaluanku, sementara Ryan meringis kenikmatan.
Sesaat kemudian kami sudah dalam irama kenikmatan, aku terus
manarik dan mendorong sementara Ryan mengimbangiku dengan menggoyang
dan memutar pantatnya. "Aaagghh.. sstt.. aacchh.." aku mengerang dan
mendesis kenikmatan. Tanganku yang tadi memegang pinggang Ryan sekarang
membantunya mengocok batang kemaluannya yang besar.
"Ohh.. aku mau keluar.." teriakku.
"Aku juga.." balas Ryan.
Aku semakin mempercepat gerakanku dan Ryan juga mengocok batang
kemaluannya semakin cepat dan "Ooocchh.. croot.. croot.. croot.." kami
hampir bersamaan melenguh panjang disertai semburan sperma kami yang
putih dan kental, sekujur tubuhku merinding, bergetar dan tegang. Kami
berpelukan erat-erat, tubuh kami menegang sebelum akhirnya melemas
perlahan. Aku melihat spermaku meleleh keluar dari anusnya dan sperma
Ryan muncrat ke perut dan dadaku.
"I love you.." bisik Ryan.
"I love you too.." balasku sambil kukecup bibir, mata dan keningnya, dia pun melakukan hal serupa.
Kami pun tidur berpelukan beberapa saat, sementara batang
kemaluanku masih di dalam lubang anusnya. Kupandangi wajah Ryan yang
amat tampan, aku sungguh sangat mencintainya. Aku pernah mengajaknya
untuk terjun ke dunia model karena postur dan wajahnya yang tampan,
tapi dia menolak dan lebih senang di belakang meja. Aku kenal Ryan dua
tahun yang lalu saat pertama kali aku datang ke Jakarta demikian juga
dia baru beberapa bulan di Indonesia. Karena kecocokan kami, aku dan
dia langsung akrab dan menjadi sepasang kekasih. Sebenarnya dia
keturunan Indonesia dan fasih berbahasa Indonesia, ibunya orang Sunda
dan ayahnya orang Meksiko, kedua orang tuanya tinggal di Perancis. Dia
bekerja di sebuah perusahaan yang terkenal dan ditempatkan sebagai
perwakilan di Indonesia.
Aku melirik jam di samping tempat tidur, 07:30, aku segera bangun
meninggalkan Ryan yang masih malas-malasan di tempat tidur dan menuju
ke kamar mandi. Aku segera mandi tanpa menutup pintu kamar mandi, itu
adalah kebiasaanku sejak lama.
"Kamu jadi ke Bandung?" Ryan bertanya dari tempat tidur sambil bangun dan duduk di tepi tempat tidur.
"Jadi dong.. aku kan udah bilang.. siang sampai sore aku ada sesi pemotretan sedangkan malamnya aku fashion show di Bandung hari ini!" jawabku sambil mengelap tubuhku dengan handuk.
"Biar aku anter!"
Ryan mulai berdiri sambil menyiapkan pakaianku (jeans dan kaos). Dia selalu memanjakanku, itu yang kusuka darinya.
"Nggak usah.. kamu kan mesti ke kantor, belum mandi lagi," godaku sambil kutepuk pantatnya yang "ehem".
"Biar aku naik taksi saja.. udah nggak keburu nich.. entar ketinggalan kereta lagi!" sambungku sambil merapikan diri.
"Ya.. udah entar pulang kantor aku susul kamu ke Bandung!" kata Ryan sambil membantuku merapikan pakaian.
"Aku tunggu.. udah aku berangkat dulu.."
Kucium bibir Ryan, Ryan membalas dengan bernafsu, dia mulai
mengulum bibirku dan memainkan lidahnya, kami saling berpelukan.
Hasratku mulai berdesir lagi, desakan dari dalam celanaku mulai terasa
dan kulihat kemaluan Ryan pun mulai tegak kembali, tapi aku mulai
tersadar.
"Gila.. kamu nggak ada puas-puasnya.." kataku sambil berusaha mengatur nafasku yang memburu.
"Simpan saja buat entar malam di Bandung oke.. aku berangkat dulu.." tambahku.
"Ehm.. jangan lupa topi dan jaket kamu, I love you.." kata Ryan mengingatkan.
Memang kemana-mana aku selalu memakai topi dan jaket selain
kacamata hitam tentunya, hal ini kulakukan biar aku tidak bisa dikenali
oleh wartawan dan fans-ku yang lumayan banyak, maklum karirku sedang
naik saat ini.
"I love you too.." teriakku sambil berlalu dan menutup pintu meninggalkan Ryan yang masih belum juga memakai pakaian.
Ryan mulai membuka kaos dan celananya, tumben hari ini Ryan memakai
stelan putih-putih, sejenak aku menikmati tubuhnya yang bagus sekali,
dadanya yang bidang ditumbuhi oleh bulu-bulu yang tipis dan terus
sampai ke daerah vitalnya. Kutelusuri seluruh lekuk tubuhnya yang
atletis dari dada, punggung, perut, pinggang, pantat dan pahanya.
Demikian juga dengan Ryan, dia membelai seluruh lekuk tubuhku, kadang
dengan belaian lembut, kadang dengan pijatan tangannya. Ryan merekuh
diriku dan melumat bibirku, bibirnya terasa hangat dan nikmat, lidahnya
menari-nari di rongga mulutku. "Ohh.. ehh.. sshh.. nikmat sekali,"
desah Ryan. Kemudian bibirku mulai turun beralih ke kedua putingnya
yang kemerahan, kujilati dan kugigit-gigit kecil putingnya, kurasakan
lebatnya bulu dadanya yang bidang dan kekar. "Ooohh.." Ryan menggeliat
kenikmatan. Ryan menjerit pelan ketika aku mulai mencium perutnya,
kujilati bulu kemaluannya yang lebat namun tertata rapi memenuhi hingga
paha dan kakinya. Selanjutnya aku langsung berjongkok di depan
senjatanya yang sudah tegak sejak tadi, terus kunikmati aroma
kejantanan Ryan. Oh.. aromanya begitu khas maskulin, kemudian aku mulai
menjilati kepala kemaluannya, kujilati lubang kemaluannya, sehingga
Ryan mendesah dan tangannya menarik rambutku karena keasyikan.
Segera kuhisap, kukulum dan kunikmati penuh nafsu senjatanya yang
berukuran "XXL" dan sesekali kukocok. Ryan mengerang, menggeliat
menikmati hisapanku. Kedua tanganku memeluk pantatnya yang keras dan
berisi. Kujilat juga biji kemaluannya yang menempel kencang satu
persatu, pelan-pelan kukulum dan kugerak-gerakkan lidahku dalam mulut
untuk mengusap biji kemaluannya. Kupijat pangkal kemaluannya
perlahan-lahan dan mulai kugerakkan naik turun, kepala kemaluannya
nampak membesar berwarna merah mengkilat. Kujilati seluruh batang
kemaluannya, kuhisap keras dan memaksakan masuk ke mulutku dengan
menelannya. "Mmhh.. sshh.. aachh.. mmhh.." Ryan mendesis dan melenguh
kenikmatan. "Oogghh.. I love you.. I always love you.."
Tiba-tiba HP-ku berdering, sialan cuma mimpi rupanya, aku
ketiduran. Telepon dari Ryan, kulirik jam di tanganku, "Gila, sudah jam
dua Ryan belum nyampe.." gerutuku.
"Hey.. kamu sekarang dimana.. aku nunggu sampai jadi batu, tau nggak.."
"Maaf Mas, Mas teman saudara Ryan?" sahut di seberang, kok bukan suara Ryan.
"Saudara Ryan kecelakaan dan mobilnya masuk jurang, saya dari
kepolisian.." aku tidak ingat lagi apa yang dikatakan di seberang sana,
tubuhku langsung lemas.
Kejadian itu sudah berlangsung satu tahun, tapi masih teringat di
benakku. Sekarang aku tinggal di Bandung meninggalkan semua kenanganku
bersama Ryan di Jakarta. Sejak saat itu kutinggalkan karirku yang
menyebabkan bencana itu terjadi meskipun aku sedang menuju puncak
karirku. Ryan adalah segalanya bagiku dan telah meninggalkanku dalam
kegalauan, mungkinkah kutemukan seorang Ryan lagi. Bagi pembaca yang
serius dan mau berbagi dengan saya dapat mengirim e-mail kepadaku. Aku
tunggu!
TAMAT