Andre adalah nama yang kukenal melalui telepon
yang diperkenalkan oleh temanku. Suaranya serak dan tegas. Dari
pengakuannya dia adalah seorang manager muda di sebuah perusahaan
kontraktor minyak asing yang berusia 28 tahun. Saat itu aku masih
berumur 23 tahun dengan perawakan biasa 170-an dan agak kurus dan tidak
membaur dengan kaum gay kecuali dengan 3 orang temanku yang bisex
seperti juga diriku dan masing-masing kami masih tertutup.
Setelah 3 kali berhubungan telepon, Andre mengajak untuk bertemu
dan sekaligus kencan, katanya di telepon. Akhirnya tepat pukul 21:00
aku datang sesuai janji di lobby hotel Hilton. Aku duduk dan
menunggunya di dekat "Kudus Bar", tak lama kemudian sesosok pria dengan
perawakan tinggi tegap berkulit coklat tua datang dan langsung menyapa,
"Bobby ya?" aku tersenyum dan langsung menyalami genggaman tangannya
yang cukup besar. Aku tidak banyak bicara kecuali senyum dan agak
canggung, ada rasa khawatir akan lingkungan saat itu, takut-takut kalau
ada yang kenal dan mencurigaiku pada saat itu.
Tak lama kemudian Andre pun menawarkan minum, "Mau minum apa Bob?" tanyanya, "Tomato juice aja Mas?" Akhirnya dia memesan 1 tomato juice dan 1 gelas chivas on the rock untuk dirinya. Kami berdua hanya berpandang-pandangan lalu tersenyum
dan kadang dia menatap seperti seorang yang sedang lapar akan seks.
Namun aku tetap saja acuh tak acuh sesekali tersenyum dan seolah-olah
kagum atas pandangannya. Tak lama kemudian Andre mengajakku jalan
keluar dari Hilton dengan mengendarai "CJ-7"-nya menuju sebuah
restoran. Di perjalanan kami berdua tidak banyak bicara hanya kadang
kedua mata kami saling berpandangan dan kadang dia mengelus rambutku.
Akhirnya kami sampai juga, dan ternyata tidak begitu banyak
pendatang pada malam itu, kami duduk berdua dan mulai bercerita dari
A-Z. Dan kadang Andre menatap dengan mata binalnya sambil menggigit
lidahnya ke arahku, dan aku pun membalasnya dengan membuat congorku
seperti kerbau dan dia pun tertawa. Tanpa kami sadari, waktu telah
menunjukkan pukul 23:30 dan akhirnya kami pun beranjak. Di tengah jalan
aku katakan padanya,
"Mas, kalau tidak keberatan aku diantar ke rumah temen bisa?"
"Bob, kamu kan kencan sama aku, jadi kamu harus sama aku! kita ke
rumah Mas aja ngobrol-ngobrol di sana sambil dengerin musik aja,"
katanya, sambil rambut kepalaku di elus-elusnya dan aku katakan
padanya,
"Mas dulu tamatan institut pencari ketombe ya? dari tadi ngelus-ngelus rambut aja," dia pun tersenyum sambil mencubit pipiku.
Akhirnya aku setuju saja asalkan diantar pulang ke rumah nantinya.
Di perjalanan dia bercerita kalau dia saat ini belum ada pacar yang
cocok, itu karena dia mencari yang cocok dan tertutup serta sedikit
binal di ranjang dan dia pun mengakui bahwa dirinya nakal dan sering
bosan terkecuali ada pendamping yang cocok dan tidak munafik di
ranjang.
Lewat sudah pukul 12:00 dan akhirnya kami tiba di rumahnya yang
mungil tapi asri di kawasan Pondok Indah, tidak ada siapa-siapa di
rumahnya karena pembantu sedang "off" katanya. Aku tertegun melihat
suasana rumahnya, ternyata dia mempunyai beberapa kesamaan dengan
diriku dilihat dari segi penataan, serta benda-benda yang ada di
rumahnya. Dan aku pun duduk dengan kelewat santainya, sementara dia ke
dapur untuk mengambil minum untuk dirinya sendiri, chivas on the rock. Aku cuek saja karena tidak diambilkan minum, namun lama-lama haus juga dan aku bertanya,
"Mas, boleh minum?"
"Boleh asal mau cium pipi Mas Andre dulu!"
"Sialan," gumamku.
"Hahahha.." ternyata dia tertawa terbahak-bahak melihat tingkah laku diriku yang sedikit kesal dan agak marah itu.
Akhirnya dia bertanya, "Mau minum apa adik sayang?"
"Susu aja Mas," kataku berseloroh cuek.
Akhirnya datang juga susu itu dan terdengar sayup-sayup suara musik blues.
Di sofa kami duduk saling berdekatan dan aku hanya mendengar cerita dia
terus hingga terasa juga bosan. Entah bagaimana, dia mengajakku nonton
di ruang TV di lantai atas di depan kamar tidurnya dan akhirnya dia
menyalakan TV dan memasang video, ternyata yang dia pasang adalah video
"gay". Aku tertegun melihat BF tersebut dengan pemainnya negro, latin
dan yang satu lagi Asia. Three some jadinya, dalam benakku, kok dia
tahu bahwa aku sangat suka dengan kulit-kulit yang berwarna coklat dan
gelap seperti dirinya? Kami berdua terbaring di atas karpet sambil
menonton BF tersebut dengan adegan yang semakin lama semakin seru,
terkadang aku gelisah membetulkan kedudukan kemaluanku yang mulai tidak
jelas apa maunya.
30 menit sudah berlalu tanpa ada sesuatu hal yang negatif dari
kami, tiba-tiba terasa ada sesuatu yang menggelitik di telingaku,
ternyata jari-jarinya yang coklat dan besar itu memainkan di sela-sela
telingaku. Aku diam saja karena masih konsentrasi dengan BF tersebut
dan tiba-tiba saja bibirnya yang tebal itu membisikkan sesuatu pada
telingaku. "Kamu nyesel ketemu aku?" sambil dikecup telingaku dan aku
pun menahan geli yang nikmat itu. "Kalau horny, sama hansip aja Mas!"
aku nyeloteh, dia pun tertawa sambil kembali mengelus rambutku. Lalu
dia bertanya lagi, "Tidur yuk!" dengan nada nakal dan aku pun melihat
matanya yang binal seolah-olah ingin melumat diriku ini. Hatiku pun
sebenarnya tersentak dengan tatapan matanya dan gaya bicaranya yang
binal itu. Sebenarnya bukan aku munafik, tetapi aku tidak mau melakukan
seks dengan orang yang baru kenal apalagi kalau seksnya hanya
tanggung-tanggung saja, walaupun dia ganteng belum tentu seksnya enak,
gumamku dalam hati. Tidak lama kemudian, dia beranjak dari sampingku
dan berkata, "Bentar ya Bob!" aku hanya menganggukan kepala pertanda
iya. Entah kenapa, tiba-tiba aku merasa malas dan ingin pulang dan
diam-diam aku pun menuju keluar rumahnya dan sesampainya aku di pintu
gerbang, oh! ternyata gerbangnya digembok!
Akhirnya aku duduk terjongkok di depan pagarnya sambil menunduk
kesal. Tiba-tiba dari belakang dia mengelus rambutku dan berkata, "Kamu
kenapa Bob? kamu marah?" Aku hanya menggelengkan kepala sambil menunduk
tanpa melihat dirinya. Aku masih duduk terjongkok dan menunduk di depan
gerbang rumahnya, terasa sepi dan sunyi di luar jalanan depan rumahnya
dan Andre terus mengelus rambutku dan menempelkan badannya kebagian
belakang kepalaku dan terasa ada yang aneh seperti ada sesuatu lembek
tapi mengeras di rambutku, dan dia berkata, "Bob masuk yuk?" Perlahan
jari-jarinya mengelus pipiku sambil menurunkan jari-jarinya ke arah
bibirku dan memainkan jari jemarinya ke ujung bibir, lalu perlahan
dimasukkan ke dalam mulutku sambil memainkannya ke lidahku. Dan terasa
badannya mulai digeser ke arah depan mukaku yang masih menunduk saja
dan terasa benar ada yang aneh di bagian kepalaku dan aromanya pun
seperti aku kenal, yaitu bau kemaluan. Hah! mataku pun perlahan terbuka
dan aku kaget karena yang ada di depan mataku Mas Andre hanya memakai
t-shirt putih dan CD putih samar terlihat segumpal daging yang
tersimpan di belakang CD-nya yang agak menggelembung. Jantungku terasa
berdebar sambil menatap wajahnya di balik kegelapan malam dan sesekali
aku tatap ke arah CD-nya yang semakin lama semakin melonjong ke atas
dan zakarnya terlihat seperti bakso tenis.
Perlahan dia tatap aku dengan binal, lalu perlahan jari-jarinya
mengusap lagi ke bibirku lalu perlahan memasukkannya ke dalam mulutku.
Pahanya yang terlihat besar dan atletis berada di hadapanku dan
sesekali digesekkan ke mukaku secara halus dan sebongkah "bakso tennis"
digesekkan ke pipiku dimana mulutku masih ternganga setengah terbuka.
Tanpa kusadari aku mulai membalas gesekkannya dengan memainkan bibirku
perlahan ke arah CD-nya yang berwarna putih lalu bibirku mulai mencium
batang zakarnya yang tersimpan di balik CD-nya itu sambil memainkan
lidahku. "Ohh.." terdengar suara rintihan Andre sambil mengelus
rambutku yang agak panjang. "Bob.. masuk yuk?" terdengar suaranya
mengajakku ke dalam rumah. Perlahan aku bangkit dari jongkokku sampai
akhirnya aku berdiri tegak dan bertatapan pandang dengan wajah Andre
yang terlihat tersenyum. Lalu dia kecup keningku sambil memeluk
pundakku mengajak berjalan ke dalam rumahnya.
Setelah dia mengunci pintu dan mematikan lampu di ruang bawah, kami
pun berciuman di ruang tamu sambil berpelukan dengan mesra seperti
pasangan yang sedang berpacaran, sesekali tangannya mengelus rambutku
lagi dan aku pun mulai mendekapnya dengan hangat. Sejenak adegan ciuman
pun terhenti dan kami berdua berjalan menaiki tangga menuju kamar
tidurnya yang wangi dengan aroma minyak wangi Calvin Klein, tembok berwarna putih, karpet berwarna hitam dan tebal, ranjang besar dengan bed cover berwarna hitam dengan bahan satin dan sprei berwarna putih, di belakang
ranjang terdapat sebuah lemari kotak berwarna biru serta sebuah lampu
yang menyala dan pada bola lampunya diberikan sedikit minyak wangi agar
memberikan aroma yang seksi, horden tebal berwarna hitam menutupi ruang
tidur kamarnya dan sebuah sound system dengan alunan musik blues terdengar sayup-sayup.
Aku terdiam sebentar, lalu menatapnya,
"Mas.." kataku.
"Ya Bob!" jawabnya.
"Aku mau mandi ya?!"
Andre tersenyum lalu mengambilkan sebuah handuk berwarna biru tua dari
dalam kamar mandinya yang berada persis di sebelah ruang fitnessnya.
Tiba-tiba tangan Andre menarik lenganku dan berkata, "Aku ingin seks
dengan kamu malam ini Bob!" aku tidak menjawab apa-apa kecuali
menjulurkan lidahku dengan mimik yang binal, lalu lenganku pun
diciumnya dengan menjulurkan lidahnya yang berjalan dipergelangan
lenganku. "Aahh.." aku menyeringis geli dan Andre berkata, "Bob.. aku
buka ya baju kamu?" Aku diam saja dan Andre pun perlahan membuka
kancing bajuku satu persatu dengan perlahan dan akhirnya bajuku pun
terbuka dan badanku yang putih tidak begitu besar terbuka di hadapan
Andre yang dari tadi terus menatap badanku tanpa bergeming sedikitpun
terkecuali melirik sedikit ke arah mataku yang tertatap malu-malu
seperti seorang anak ingusan. Lalu perlahan dikecupnya keningku, sambil
mencubit pipiku dan berkata, "Kamu kurus ya! besok-besok makan yang
banyak ya!" Aku diam saja, karena dalam benakku, aku tidak perduli
dengan ucapan gombal seperti itu, toh dia bukan apa-apaku dan aku masih
merasa aneh bila ada dua orang pria saling bercinta.