Sulit bagiku untuk mengatur napas dalam
gulungan air sedangkan tubuhku semakin terseret, udara yang kutahan
dalam mulutku sudah terbuang dan sekarang aku kehabisan oksigen, aku
berusaha mencari sesuatu yang dapat kupegang tapi di dalam air aku
tidak melihat apapun bahkan seorang manusiapun tidak ada, mungkin aku
akan mati tenggelam pikirku.
Saat harapanku semakin tipis ada sebuah tangan yang sangat kukenali
menggapaiku, tangan seseorang yang sangat aku harapkan dan aku berusaha
menariknya supaya aku bisa selamat. Dengan memegang tangan tony
akhirnya aku berhasil selamat dari kolam ombak yang hampir
menenggelamkanku. Aku memandangi tony dengan penuh kerinduan, tapi
seakan dia tak mengenaliku lagi, bahkan belum sempat aku mengucapkan
sepatah katapun dia sudah berlari meninggalkanku. Tony tidak sendiri
tangannya menggandeng seorang lelaki sebayanya.
Aku tidak sempat memikirkan siapakah orang itu, pikirku yang
terbaik adalah mengejarnya "tony.. tony.. tony.. tunggu Kakak"
teriakanku sangat keras. Panggilanku tak dihiraukan tony yang terus
berlari. Aku berhenti di ruang bilas namun tak kutemukan lagi jejak
tony, aku memandangi sekeliling ruangan dan kulihat seorang bocah yang
tadi berlari bersama tony.
Aku menghampiri dan kutatap wajahnya jelas sekali, dia adalah
Michael anak sepupuku yang baru berusia sembilan tahun, kenapa tony
bisa bersama Michael yang juga keponakanku itu?, aku memandangi wajah
Michael dengan rasa penasaran tapi tenggorokanku serasa terbakar, aku
kekeringan dan haus. Aku meraih botol minuman aqua yang sudah tersedia
dalam mobilku dan kuteguk sebanyaknya untuk menghilangkan dahagaku.
Cuaca hari ini sangat panas, hawa panas terik matahari menembus
bahkan mengalahkan hawa dingin ac mobilku. Semalam aku sulit tidur
sehingga siang ini aku terpaksa memarkirkan mobilku di sekitar tempat
penyinggahan jalan tol dan tertidur hampir satu setengah jam. Mimpiku
belum selesai aku masih ingin menemukan tony yang menyelamatkan aku
dari gulungan ombak di kolam ancol tapi hawa panas matahari telah
membuatku terbangun dari mimpi.
Perasaanku sudah hancur entah seperti apalagi bentuknya, setiap
terbangun dari mimpi aku sudah terbiasa meneteskan airmata. Perasaan
Rinduku yang sangat dalam kepada tony setiap kali memimpikannya, tapi
harus bagaimana lagi aku melampiaskannya?, sungguh ini penyiksaan
bathin terberat yang baru aku hadapi seumur hidupku. Aku menjadi
manusia paling lemah di dunia ini, perasaanku saat ini terbagi dua,
satu perasaanku menghadapi kehancuran seperti ini dan satu lagi aku
mengkhawatirkan tony akan mengalami hal yang sama sepertiku.
Pada saat aku lemah aku sering mengingat pesan nenekku, datang
padaNya dan sembah sujud maka kamu akan damai senantiasa. "Aku memohon
padaMu timpahkan kesalahan ini hanya padaku, selamatkan tony bagiku,
lindungilah dan ampunilah dia jangan biarkan dia masuk dalam
kegelapan". Aku tahu permohonanku ini yang sangat jarang aku ucapkan
selama aku bersenang-senang, tetapi hanya padaNya bisa kutujukan. Namun
aku sadari menyebut namaNya pun aku tak layak, kehidupanku sebagai umat
ciptaanNya sudah terlalu banyak perbuatan tercelah yang aku lakukan
dengan sengaja, tetapi aku tetap memohon aku tak ada jalan lain selain
jalan buntu di depanku.
Sudah seminggu aku berpisah dengan tony, sejak terakhir aku
mengantar keberangkatannya hatiku hancur dan semakin hari semakin lemah
jiwaku, rasanya ingin mati saja, kesepian di masa kecilku tidak
menyiksaku seperti kesepianku saat ditinggalkan tony. Beberapa kali
mobilku hampir menabrak karena aku mengendarainya sambil melamun
membayangkan wajah tony yang selalu hadir dalam setiap mimpiku. Tetapi
harapanku selalu kuyakinkan dalam hatiku bahwa tony akan kembali padaku
setelah waktunya, aku harus sabar dan tetap bersemangat, penampilanku
tidak boleh berubah supaya tony akan menemukanku kembali seperti
keadaanku pada saat ditinggalkannya.
Obat penawarku setiap hari akan kutemukan setelah jam 6sore, aku
tidak akan melakukan semua kegiatan apapun pada jam ini karena biasanya
tony meneleponku dari merlbourne jam 10 malam (pkl 18.00 wib). Kami
senantiasa berbincang sekitar 10 hingga 15 menit demikian juga hari ini
sejak dari setengah jam yang lalu aku sudah menantinya dan ketika
dering telepon berbunyi inilah saatnya. "Salam, Kak Raffel sayang yang
aku rindukan setiap saat" ucapan tony membuka pembicaraan. "Salam, tony
manja yang Kakak rindukan juga setiap saat" balasku.
Aku sebenarnya sering memikirkan apa yang harus aku bicarakan
kepada tony, tapi setiap kali pembicaraan pikiranku jadi buyar, aku
terhanyut dalam perasaanku sendiri. Namun aku berusaha menjaga
ungkapanku supaya tidak terbawa perasaanku terhadap tony, aku tidak
ingin tony terlalu memikirkan keadaanku, aku hanya berharap dia bisa
konsen dengan kegiatannya saat sekarang. "Apa kabar Kakak? mimpikan
tony lagi nggak semalam?" lanjutnya. "Kakak sehat tuh dan bahagia, yaa
Kakak mimpikan tony lagi, malahan tadi siang Kakak mimpi tony jadi
pahlawanku, menolong Kakak yang hampir tenggelam di kolam renang"
jawabku padanya "ha.. ha.. ha.." terdengar tawanya yang membuat
perasaanku bahagia.
Aku berkata dengan pelan "ton.. kamu nggak akan pernah tinggalkan
apalagi melupakan Kakak kan?" tony menjawab dengan suara iba "kak
Raffel maapin tony, biar tony jauh dari Kakak sekarang, tapi hati tony
tetap dekat sama Kakak, karena tony sudah pernah merasakan kasih sayang
yang tiada duanya dari Kakak" jawabannya membuatku meneteskan airmata
tapi tony tidak mengetahuinya, perasaanku menjadi lega karena mimpiku
salah, dengan mengatur suara aku berusaha mencandainya "tony kamu udah
belajar iklan kecap yaa.." dan suara manja yang aku dengar pertama kali
ketika tony berusia 12tahun terdengar kembali. "..a..aa.. h" sahutnya
mengingatkan padaku ketika aku mencandainya "Waah.. jangan-jangan kamu
cacingan". Bila saja saat ini tony ada di sebelahku aku akan mencium
pipi-nya dan kukatakan "Kak Raffel sayang padamu".
Kami rutin berkomunikasi hingga enam bulan dan aku selalu
mengingatkan tony supaya lebih mengutamakan pelajaran sekolahnya dan
setelah masa itu, skala komunikasi kami mulai menurun. Tetapi tidak
pernah merubah perasaan kami yang saling menyayangi. Setelah menjelang
masa setahun berpisah dengan tony keadaanku mulai pulih kembali,
walaupun masih tersisa luka bathin yang sulit disembuhkan. Dalam usiaku
yang sudah melewati 26 tahun aku belum bisa menemukan pendamping hidup
yang benar-benar aku cintai bahkan aku tidak pernah mempedulikannya,
apalagi memikirkannya sejak aku mengenal tony.
Memang dulu pernah tante Lily menginginkan aku bisa memacari
keponakannya yang bernama Lucy, kami sempat bertemu beberapa kali tapi
perasaan kami tidak ada kecocokkan sehingga tidak berlanjut lagi. Aku
juga sangat enggan melangkah ketempat-tempat yang pernah aku datangi
bersama tony jika bukan karena terpaksa, terkadang aku pergi sendiri
bermain game Daytona tetapi tidak ada rasa nikmatnya lagi. Keinginan
seks ku sejak di tinggal tony tidak terlalu berlebihan, aku jarang
sekali memikirkannya, apabila niatku benar-benar datang aku hanya
melakukan "onani" bahkan keseringan spermaku keluar sendiri saat tidur
dengan memimpikan kisah-kisah seks.
Hingga pada suatu kali aku tinggal di sebuah perumahan Jakarta
Utara, rumah milik orangtuaku yang sebelumnya dikontrakkan kepada orang
lain. Aku lebih memilih tinggal sendiri daripada bergabung dengan
orangtuaku walaupun rumah ini tidak terlalu besar aku ingin belajar
mandiri, terkadang tony masih suka menelepon ke sini. Di rumah ini aku
tinggal setahun lebih sebelum aku memiliki apartemen sendiri, ada
pengalaman-pengalaman yang menarik dalam kehidupanku di sini.
Hari sabtu aku sedang libur kerja, ketiga adikku semuanya sudah
berkumpul disini, adikku yang sudah menyelesaikan kuliahnya lebih
berminat membuka usaha dagang alat-alat electronic dan handphone.
Sedangkan kedua adikku yang kecil masih kuliah. Kami ingin mengadakan
acara berkumpul dan makan bersama dengan saudara-saudara sepupu kami.
Aku memperhatikan satu persatu saudaraku dari wanita sampai laki-laki
yang pada umumnya masih kuliah.
Marco adalah putra sulung dari om herry, penampilannya sangat unik
menggunakan anting sebelah, rambutnya dicat kuning, gaya bicaranya sok
akrab, memang kami sangat menyukainya yang type humoris. Marco datang
bersama teman kuliahnya bernama teddy yang berpenampilan sopan juga
pemalu. Bagiku mereka biasa saja tidak ada yang aneh. Marco bertanya
padaku "kak Raffel, gimana tinggal disini enak nggak, kok kelihatan
perumahan disini agak sepi yaa" aku menjawab "yah lumayanlah tidak
terlalu berisik lagi pula tetangga disini juga ramah". Marco mulai
tertarik "oh ya" aku merasakan ada maksud tertentu dan benar saja "kak
Raffel aku pengen coba tinggal di sini sehari bolehkan?, kebetulan ada
teddy bisa temanin juga" bagiku tak ada salahnya "yah terserah kamu,
kalau mau kalian bisa tidur di kamar sebelah".
Malam harinya aku benar-benar tidak tahan dengan sepupuku ini
merokok, minum bir (kedua hal yang aku benci) tapi aku usahakan
bersikap baik padanya. Kami berbincang, bermain catur dan teddy
ternyata pintar memainkan gitar hingga larut malam. "Marco aku mau
tidur dulu deh kalau kalian masih pengen lanjut, terusin aja" kataku
sambil menguap. "kak Raffel aku pindahin vCD nya ke kamar yaa mau
nonton film sambil tidur aja" pintanya sambil memainkan mata. "Yah
sudah, kerjain sendiri" aku tidak mempedulikannya langsung ke kamar dan
terlelap.
Pada saat tengah malam aku terbangun karena mendengar suara agak
"aneh" di kamar Marco dan teddy. Saat aku menghampirinya pintu kamar
mereka masih terbuka dan aku melangkah dengan pelan karena merasakan
sesuatu yang tidak beres. Saat pertama aku melihat layar televisi sudah
kuduga mereka menonton film porno pria dan wanita sedang "making love",
tapi lebih kaget lagi aku melihat Marco sedang melakukan anal sex
bersama teddy, dengan cahaya dari monitor TV bisa terlihat jelas Marco
memasukkan penisnya ke lubang belakang teddy sambil memompanya. Aku
menjadi terangsang melihat perbuatan mereka, "apakah ini sudah
direncanakan Marco?" pikiranku. Tapi aku waspada, Marco saudara
sepupuku ini nanti bisa membuat masalah bagiku, akhirnya aku tinggalkan
mereka dan tidak mempedulikannya lagi.
Kejadian seperti ini membuat aku cukup kaget, pertama kali aku
melihat langsung orang melakukan hubungan homoseks, apalagi itu
dilakukan Marco yang lucu dan lincah sewaktu kecilnya suka bermain
denganku. Cukup lama perbuatan mereka membayangi aku terus, ada
perasaan ingin menikmatinya dan ada perasaan was-was juga. Setelah dua
minggu kejadian itu pada hari Sabtu siang adikku mengantarkan TV
pesanananku, dan setelah selesai membereskan instalasinya, adikku
langsung pamit pulang. Aku mengantarnya hingga ke mobilnya, dan tepat
saat itu aku memperhatikan rully anak tetanggaku sedang mengutak-atik
motornya yang kelihatan sedang mogok.
Setelah adikku pergi, aku sempatkan diri menyapa "rull kenapa
motornya, mogok yah" dia menjawab "iya neghh Mas Raffel". Aku sejak
dulu sudah memperhatikan Rully yang tinggal berjarak enam rumah
denganku, orangtuanya pegawai negeri berasal dari Bandung. "mas boleh
pinjam konci nggak aku susah bongkarnya, konciku nggak lengkap" Rully
memintaku "okey, tunggu bentar yaa" jawabku. Aku sebenarnya tidak suka
mengurus masalah seperti ini, tapi ada hal lain yang membuatku ingin
menemaninya bahkan aku sampai membantunya. "Rull, naik motor itu enak
yaa? Nggak kena macet, aku nggak bisa naik motor soalnya nggak pernah
pake" kataku, kemudian Rully dengan ramah menjawab "nanti habis aku
perbaiki Mas Raffel belajar saja".
Aku membonceng Rully dengan motor bebeknya, ternyata tidak sulit
bagiku untuk mengendarai motor ini, awalnya hanya perlu keseimbangan
dan selanjutnya tidak merasakan apa-apalagi tinggal melaju terus. Aku
membonceng anak kelas 3SMA yang masih berseragam sekolah ke tempat
makan yang tidak jauh dari komplek kami. Rully ternyata suka makan
kwetiau goreng sapi, di rumah makan kami duduk berhadapan, saat
memandangi wajah Rully yang ganteng, keinginanku kambuh lagi "rull
nanti malam kita nonton film action yok" ajakku. "Boleh Mas aku sedang
nganggur kok" jawabnya. Pada saat pulang aku ingin Rully yang
membonceng supaya aku bisa mencari kesempatan pikirku, sepanjang
perjalanan aku memeluk pinggang Rully dan kuharapkan Rully mengerti
keinginanku.
Di dalam bioskop saat pertunjukkan film sedang berlangsung aku
ingin sekali memegang tangan Rully, kemudian tanganku kuletakkan di
atas tangan Rully dan aku rapatkan jari-jariku diantara jari-jarinya
kemudian aku mulai meremasnya, ternyata Rully membalas dia meremas
jari-jariku juga, dan aku mulai makin berani tanganku kupindahkan ke
sela-sela pahanya kemudian kutempelkan ke penisnya, "mas banyak orang"
suaranya pelan kudengar tapi aku tetap teruskan, kuremas-remas lagi
penis Rully yang tertutup celana panjangnya dan makin lama kurasakan
makin menegang, lama lama tanganku kecapean, aku lepaskan lagi dan
hanya memegang tangannya saja sambil menikmati pertunjukkan film sampai
selesai. Sudah kuatur rencanaku aku akan mengajaknya tidur di rumahku
saja.