Sinar matahari sore membangunkan Hephaestion dari tidurnya. Pemuda itu
bangun dan menemukan dirinya sedang berbaring di atas dada Alexander
yang telanjang. Ditatapnya wajah kekasihnya itu. 'Ah, Alexander, kau
sangat tampan. Betapa aku sangat mencintai dirimu, wahai Alexander-ku.
Aku ingin mencintaimu untuk selamanya. Semoga para dewa berkenan akan
cinta kita dan membiarkan kita bersama sampai kita tua.' Hephaestion
bangun dan mencium bibir Alexander dengan mesra. Alexander hanya
bergumam, masih tertidur. Hephaestion ingat bagaimana Alexander
mencumbuinya untuk yang pertama kalinya seusai pelajaran homoseks
dengan Aristoteles. Pemuda itu tersmeyum sendiri, membayangkan
saat-saat indah itu. Dengan jarinya, Hephaestion menjelajahi tubuh
Alexander yang indah itu. Jarinya membelai halus lembah yang memisahkan
dada Alexander menjadi dua bagian yangs sama besar. Jari itu pun turun
ke perut Alexander yang berkotak-kotak. Untuk sesaat, Hephaestion
meremas-remas lembut perut Alexander itu. Berikutnya, dia menjelajah
turun dan sampai pada kontol Alexander yang tertidur.
Kontol itu indah sekali. Hephaestion tak dapat menahan dirinya
untuk tidak mencium kontol yang indah itu., Kulup masih menutupi kepala
kontol Alexander. Hephaestion memegangi kontol itu dan menurunkan kulup
itu dengan hati-hati, tak ingin membangunkan Alexander. Kepala kontol
Alexander menampakkan dirinya. Nampak precum masih membasahi kepala
kontol itu, membuatnya makin kemerahan dan berkilat-kilat. Pelan-pelan,
Hephaestion mejulurkan lidahnya dan menyapukannya pada kepala kontol
itu. Seperti orang yang sedang mengecat, Hephaestion menggerakkan
lidahnya naik-turun, membasahai kepala kontol itu. Secara tidak sadar,
kepala Alexander bergerak-gerak sambil menggumamkan sesuatu.
Hephaestion tidak peduli dan terus saja menjilati kontol itu.
Bosan menjilat saja, Hephaestion pun membuka mulutnya lebar-lebar
dan memasukkan kontol Alexander yang berdenyut-denyut ke dalamnya.
Kontol itu pun masuk ke dalam rongga mulut Hephaestion yang hangat dan
basah itu. Alexander hanya mengeluarkan erangan tertahan, masih
tertidur. Berhati-hati, kekasih Alexander itu pun mulai menyepong
kontol Alexander.
"Mmmpphh!! Mmmpph!! Mmm!! Mmpphh!!" begitu suara yang keluar dari
mulut Hephaestion. Namun semakin lama dia menyedot kontol Alexander,
semakin dia menjadi tak sabaran, Maka mulailah dia menyedot lebih
keras. Slurp! Slurp! Slurp! Mmmpphh! Mmmpphh!!
Kontol Alexander semakin berdenyut-denyut, penuh dengan kegairahan.
Namun Alexander sendiri masih tertidur. Saat itu, dia sedang bermimpi
mengentotin pantat Hephaestion. Alexander memang sangat mencintai
kekasihnya itu. Bahkan dalam mimpi, dia masih sempat ngentot dengannya.
".. Aaahh.. Ooohh.. Aaahh.." erangnya tak karuan.
Tubuhnya mulai bercucuran keringat dan mulai menggeliat-geliat.
".. Aaahh.. Aaahh.."
Pejuh mulai terpompa dari bola pelernya dan naik ke kontolnya, lalu
tersemburlah semua. Cccroott!! Ccrroott!! Cccrroott!! Bergalon-galon
liter pejuh masuk ke alam mulut Hephaestion yang lapar. Dengan erangan
panjang Alexander terbangun dari tidurnya. Saat dia terbangun, tubuhnya
didera oleh orgasme yang luar biasa. Alexander mengejang-ngejang dan
terus berejakulasi.
Hephaestion dengan lahap menelan habis semua pejuh Alexander. Pejuh
itu terasa sangat nikmat dan lezat. Hephaestion sangat bersyukur bahwa
dia dapat menjadi kekasih Alexander, sang raja muda Makedonia yang
ditakuti dunia. Kontol Alexander tetap berada di dalam mulut
Hephaestion sampai kontol itu akhirnya berhenti ngecret sama sekali.
Setelah yakin bahwa kepala kontol Alexander sudah bersih, Hephaestion
melepaskannya.
"Salam bagimu, Yang Mulia," sapanya menundukkan kepalanya.
Alexander tersenyum dan membelai-belai rambut Hephaestion.
"Terima kasih kamu telah membangunkanku. Kita memang harus segera bersiap-siap untuk jamuan makan nanti malam."
Alexander membawa bibirnya mendekat pada bibir Hephaestion, lalu menciuminya dengan mesra.
"Tapi kamu harus melayaniku dulu," tambahnya, kembali menciumi kekasihnya itu.
Hephaestion tunduk pada semua keinginan Alexander. Baginya
Alexander merupakan raja dan juga kekasihnya, tak boleh dilawan.
Lagipula, Hephastion pun masih ingin bersenang-senang dengan Alexander.
Maka mereka berdua pun saling memeluk dan mengadu bibir mereka.
Lidah-lidah mereka saling menjilat dan suara-suara ciuman membahana di
kamar itu.
Saat nafsu birahi semakin menguasai mereka, Alexander meraba-raba
tubuh Hephaestion dan merasakan otot-otot di tubuh kekasihnya itu.
Sungguh terasa sangat maskulin dan jantan. Betapa dia sangat memuja
Hephaestion-nya itu. Dada Hephaestion bergemuruh dengan perasaan tak
menentu. Jantungnya berdegup kencang sekali, terangsang dengan setiap
sentuhan Alexander. Dia hanya ingin bercumbu dengan Alexander dan
menyerahkan dirinya seutuhnya kepadanya. Mereka duduk saling
berhadapan, kontol mereka ngaceng dan saling beradu. Kontol Hephaestion
mulai mengalirkan precum. Cairan bening itu mengalir turun batang
kontolnya dan hilang di antara semak-semak bulu jembutnya.
".. Aaahh.. Aku sangat mencintaimu, Hephaestion.. Aaahh.. Kau adalah matahariku. Aku memujamu.. Ooohh.."
Aleander berbisik di antara ciumannya. Beberapa menit telah berlalu
dan bibir mereka masih saling beradu. Maisng-masing ingin emnunjukkan
betapa besar cintanya. Sambil giat mencium, Alexander meraih dada
Hephaestion yang kekar dan keras. Dada itu diremas-remasnya seperti
meremas adonan kue. Hephaestion mengerang tertahan di sela-sela
ciumannya. Alexander makin bergairah dan menjelajah turun ke kontol
Hephaestion. Kontol itu langsung dikocok-kocoknya, membuat kekasihnya
terengah-engah.
"Ooohh.. Alexander.. Enak banget.. Aaahh.. Ooohh.." Hephaestion
menggeliat-geliat dan memajukan kontolnya agar Alexander bisa lebih
mudah mengocoknya.
".. Ooohh.. Aku cinta padamu.. Aaahh.. Alexander.. Ooohh.. Ooohh yyeaahh.. Kocok terus.. Aaahh.."
Melihat tingkah laku Hephaestion yang makin 'menggila', Alexander
melepaskan kocokannya. Tentu saja Hephaestion terlihat kecewa, namun
Alexander meraba-raba dada Hephaestion.
".. Alexander, kocok lagi donk.. Ooohh.."
"Aku tak ingin kau ngecret dulu.. Aaahh.. Aku ingin menusukmu
dengan kontolku dulu.. Aaahh.. Ooohh.. Kamu mau 'kan?" Alexander
bertanya seraya menjilat-jilat daun telinga Hephaestion.
"Ya.. Ooohh.. Aku mau.. Ooohh.. Tusuk aku dengan penismu.. Aaahh.."
Hephaestion meremas-remas rambut Alexander dan menciuminya.
Sengaja, dia menggesek-gesekkan kontolnya pada kontol Alexander agar
Alexander semakin terbakar gairah. Alexander rupanya terpancing.
Dengan napas memburu-buru, Alexander mencengkeram badan Hephaestion
dan menidurkannya di atas ranjang. Bagaikan harimau yang sedang
memangsa hewan buruannya, Alexander menggerayangi Hephaestion. Tak ada
bagian tubuh Hephaestion yang lolos dari sentuhan tangan Alexander.
Hephaestion hanya mampu mengerang-ngerang saat Alexander mulai
mengangkat kedua kaki Hephaestion dan menyandarkannya ke punggung
Alexander. Tanpa kata-kata, Alexander mulai mem-bor lubang pelepasan
Hephaestion. Tanpa ampun, lubang itu dipaksa membuka agar kontol
Alexander bis masuk ke dalam. Hephaestion sudah sering disodomi
Alexander. Bukan masalah baginya untuk membuka lubang anusnya untuk
kekasihnya itu. Namun rasa sakit masih tetap ada.
"Aarrgghh..!!" erang Hephaestion saat kontol Alexander sudah masuk seluruhnya.
".. Ooohh.. Aaahh.. Ooohh.."
Selama beberapa saat, Hephaestion hanya terbaring di situ, menghela
napas. Kontol Alexander terasa berdenyut-denyut dan memancarkan
kehangatan. Hephaestion merasa aman dan nyaman dengan kontol Alexander
berada di dalam tubuhnya. Kemudian, dia menjadi tak sabar dan ingin
segera dingentotin oleh Alexander.
".. Ooohh.. Alexander.. Cepatan.. Ngentotin pantatku.. Aaahh..
Ayo.. Ooohh.." Hephaestion menatap wajah Alexander dengan pandangan
memohon.
Alexander tentu saja bersedia mengentotin Hephaestion. Tanpa perlu
diminta dua kali, Alexander mulai menggenjot pantat Hephaestion. Begitu
kontol itu mulai bergerak, Hephaestion langsung mengerang-ngerang
keenakkan.
".. Aaahh.. Ooohh.. Aaahh.. Yyyaa.. Ngentotin pantatku.. Aaahh.. Terus.. Ooohh.. Lagi.. Aaahh.."
Dada pemuda itu bergerak naik-turun, menghirup napas dalam-dalam.
Lubang anus Hephaestion yang lentur membuka dengan mudahnya. Kontol
Alexander masuk tanpa perlawanan yang berarti. Meskipun agak longgar,
Alexander tetap menyukai lubang Hephaestion sebab lubang itu adalah
lubang milik kekasihnya. Sambil mengentotin anus Hephaestion, Alexander
menciuminya dengan penuh gairah.
".. Ooohh.. Aaahh.. Ooohh.." erang Alexander, pinggulnya naik-turun.
Kontol Alexander menghujam anus Hephaestion keluar-masuk, tanpa
ampun. Tubuh mereka berdua bergoyang-goyang sehingga ranjang mereka pun
ikut bergoyang-goyang. Kedua pria itu begitu dikuasai nafsu, mereka
hanya memikirkan ngentot saja. Bermenit-menit, Hephaestion dingentotin
Alexander, anusnya dihajar habis-habisan. Dan tiba-tiba, Alexander
mengerang panjang. Dia ngecret! Kemudian tumpahlah pejuhnya di dalam
perut Hephaestion. Kontol Alexander berdenyut-denyut sambil memuntahkan
pejuh.
Hephaestion mengerang saat pejuh Alexander yang hangat membanjiri
tubuhnya. Tak tahan ingin menikmati orgasme juga, Hephaestion langsung
menyambar kontolnya sendiri dan mulai mengocoknya.
".. Ooohh.. Aaahh.. Ooohh.. Aaahh..!!"
Cccrroott!! Ccrroott!!
Pejuhnya tumpah ruah, membanjiri dada dan perutnya. Wajah
Hephaestion meringis-ringis seperti orang yang sedang kesakitan.
Alexander menciuminya sambil memelintir puting Hephaestion.
"Mmmpphh!! Mmpphh!!" erang Hephaestion, mencium balik.
Ketika pejuhnya telah berhenti, Hephaestion pun akhirnya dapat bernapas lega.
".. Aaahh.."
Namun pengalaman ejakulasi tadi memang luar biasa dan dia sangat
menikmatinya. Andai mereka saat itu tahu bahwa percintaan mereka tadi
merupakan percintaan mereka yang terakhir kali, sebab Hephaestion
takkan dapat melewati masa-masa indah berikutnya bersama Alexander.
Alexander menghadiri jamuan makan dengan ditemani Hephaestion.
Semua pejabat tinggi menghadiri acara itu; benar-benar acara yang
meriah sekali. Anggur pun dituang untuk kepuasan para tamu. Alexander
dan Hephaestion meneguk anggur sebanyak-banyaknya, menikmati jamuan
itu. Namun, tiba-tiba, Hephaestion jatuh tak sadarkan diri. Alexander
dengan panik memerintahkan agar Hephaestion dirawat oleh tabib yang
terbaik. Namun nyawanya tak tertolong lagi. Pada bulan Oktober 32 S.M,
Hephaestion menghembuskan napasnya yang terakhir. Alexander sangat
bersedih atas kematian kekasih homoseksualnya itu. Di depan makam
Hephaestion dibangun sebuah patung singa batu untuk menjaga makamnya.
Patung itu dikabarkan sama dengan patung singa rusak di Hamadan modern.
Sepeninggal Hephaestion, Alexander semakin terpuruk. Tingkah
lakunya mulai menyebalkan semua pihak. Alexander gemar mabuk-mabukan
dan selalu bertengkar dengan bawahannya. Tepat 8 bulan setelah kematian
Hephaestion, seusai jamuan makan, Alexander jatuh sakit. Semua
prajuritnya sangat bersedih hati melihat raja mereka sekarat. Selama
beberapa hari, kesehatan Alexander makin menurun hingga dia lumpuh
total. Dalam kelumpuhannya itu, Alexander menderita koma. Otaknya sudah
mati, namun jantungnya masih berdenyut. Para pengawalnya menunggu
sampai Alexander benar-benar meninggal, lalu mereka menguburkannya.
Sampai saat ini, tak ada yang tahu di mana makam asli Alexander.
Sedangkan tentang miseri kematian Hephaestion dan Alexander, para
sejarahwan menduga bahwa mereka sengaja diracuni dengan kuman penyakit
(kemungkinan tiphus). Hephaestion dibunuh lebih dulu sebab dia adalah
kekasih homoseksual Alexander sekaligus sebagai penerusnya.
Kisah percintaan Alexander dan Hephaestion akan selalu dikenang
oleh para pria homoseksual di dunia, sebagai salah satu cerita cinta
homoseksual bersejarah yang indah antara dua lelaki yang saling
mencintai.
E N D