Cerita ini ditulis berdasarkan sejarah
homoseksualitas Alexander Agung, tapi detail-detail saat dia ngesex
dengan kekasih homoseksualnya hanya karanganku saja. Cerita ini ditulis
untuk menyambut film besar"Alexander", dibintangi si ganteng Colin
Farrel, yang akan dirilis akhir tahun 2004.
*****
Alexander (356-323 S.M) yang bernama asli Alexandros Philippou
Makedonon dan bergelar Alexander II of Macedon dikenal sepanjang masa.
Semasa pemerintahannya, kerajaannya membentang dari Yunani sampai India
dan Babylonia. Bahkan wilayah kerajaan Roma tak dapat menandingi
luasnya wilayah kekuasaan Alexander. Banyak yang mengenal Alexander,
tapi sedikit yang tahu bahwa Alexander adalah seorang raja HOMOSEKSUAL!
Dia jatuh cinta pada sejumlah pria. Bahkan dia sering tampil telanjang
bulat di hadapan para prajuritnya. Pernikahannya dengan beberapa wanita
hanya untuk keperluan diplomatis saja. Tapi cinta sejatinya hanya
dengan Hephaestion (357-324 S.M), teman mainnya sejak kecil. Kisah
cinta homoseksualnya itu tercatat dalam sejarah! Berikut adalah cerita
tentang saat-saat terakhir mereka, sebelum Hephaestion yang malang
menemui ajalnya..
Saat itu tahun 324 S.M Alexander baru berusia sekitar 32, gagah dan
tampan. Dia dipuja-puja oleh rakyat dan tentaranya. Tubuhnya tegap dan
berotot berkat latihan militer yang dia kuasai, diabadikan dalam
berbagai patung dirinya. Namun, banyak yang mengatakan bahwa Alexander
sebenarnya pendek, tinggi badannya hanya 156 cm saja. Sedangkan
Hephaestion, umurnya kira-kira sama dengan umur Alexander. Sejarah
mencatat bahwa Hephaestion berperawakan tinggi serta luar biasa tampan.
Itulah sebabnya Alexander jatuh cinta kepadanya. Hubungan cinta
Hephaestion dengan sang raja sudah bukan rahasia lagi, dan tak ada yang
menganggap hal itu aneh. Homoseksualitas adalah hal umum di kalangan
masyarakat Yunani kuno. Alexander baru saja menaklukkan kerajaan
Babylonia, butuh waktu lama untuk menaklukkan bekas wilayah kekuasaan
Raja Darius itu. Berkat bantuan Hephaestion, yang telah diangkat
sebagai tangan kanannya, Alexander berhasil mengekspansi wilayah
kerajannya. Semua orang takut pada Alexander, sampai-sampai dia
dijuluki monster bertanduk sepuluh (sesuai dengan bentuk helm
perangnya).
Sebagai seorang raja, Alexander punya banyak tanggungjawab, salah
satunya adalah menginspeksi semua ibukota jajahan kerajaannya. Pada
akhir musim panas yang tragis itu, Alexander memutuskan untuk
berkunjung ke kota Ecbatana. Nampaknya semua berjalan dengan baik dan
Alexander puas sekali melihat perkembangan kota jajahannya itu. Sore
harinya, beberapa jam sebelum jamuan minum besar, Alexander memanggil
Hephaestion ke kamarnya.
"Anda memanggil saya, Yang Mulia?" tanyanya sopan, setelah menutup
pintu di belakangnya. Meskipun Hephaestion merupakan kekasih tak resmi
dari Alexander, dia juga merupakan bawahan Alexander. Jadi basa-basi
formal amat diperlukan.
"Benar, Hephaestion. Ayo, mari duduk di sini, kekasihku. Tapi
sebelumnya lepaskan semua pakaianmu itu," perintah Alexander yang telah
lebih dulu berbaring di atas tempat tidurnya dalam keadaan telanjang
bulat.
Hephaestion pun menghampiri Alexander tanpa rasa canggung sedikit
pun. Melihat tangan Alexander yang terbuka menyambutnya, Hephaestion
pun naik ke atas ranjang dan berbaring di samping tubuh kekasihnya itu.
Melihat Alexander Agung telanjang bulat sudah bukan pemandangan baru
untuk Hephaestion. Dia sudah sering sekali melihatnya dalam keadaan
seperti itu, sejak mereka masih berumur belasan tahun. Saat itu mereka
berdua masih menjadi murid Aristoteles yang termasyur itu. Hephaestion
teringat ketika mereka diajarkan seks pertama kali oleh guru mereka
itu..
"Penis merupakan alat prokreasi," Aristoteles berkata di hadapan
kedua muridnya itu. Dengan penuh perhatian, Alexander dan Hephaestion
duduk mendengarkan penjelasan guru mereka itu.
"Bahasa kotor untuk penis adalah kontol. Kalian hampir 16 tahun
sekarang. Sudah saatnya saya mengajarkan tentang penis kepada kalian.
Penis akan menegang setiap kali seorang pria melihat sesuatu yng
membangkitkan nafsu birahinya, dinamakan ereksi. Norma di masyarakat
kita memperbolehkan seorang pria dewasa untuk meniduri pria lain yang
lebih muda usianya. Jadi, ereksi terhadap pria lain adalah normal."
Hephaestion tersipu-sipu mendengarnya, sebab kontolnya sendiri
sudah tegang sejak tadi. Dan Aristoteles melihatnya! Dia lalu menyuruh
Hephestion untuk berdiri di depan Alexander.
"Inilah yang dinamakan ereksi, Pangeran Alexander," katanya sambil
menyibakkan kain penutup kontol Hephaestion. Muka anak muda itu berubah
merah, malu sekali.
Alexander hanya terpaku, menatap kontol Hephaestion dengan penuh
nafsu. Birahi pada usai remaja memang sangat normal. Tapi nafsu birahi
remaja cenderung jauh lebih besar dan tak terkendalikan. Aristoteles
sendiri adalah seorang homoseksual sejati. Tapi dia lebih cenderung
menyukai bocah laki-laki, alias pedofil. Selama bertahun-tahun, sejak
hari pertama dia mengajar kedua anak muda itu, Aristoteles selalu
mencari cara untuk menikmati tubuh mereka. Dan hari itu merupakan hari
yang tepat.
"Ereksi merupakan hal yang normal bagi setiap pria. Bahkan guru
kalian ini pun bisa ereksi," sambung Aristoteles sambil tersenyum
mesum.
Tanpa malu sedikit pun, dia menarik kain penutup kontolnya.
Alexander dan Hephaestion memandangi kontol guru mereka dengan mata
terbelalak dan penuh kekaguman. Kontol memang bukan pemandangan baru
bagi mereka, namun mereka belum pernah melihat kontol guru mereka.
"Sekarang Guru akan mengajarkan tentang fellatio dan anal sex.
Fellatio adalah oral seks yang dilakukan pada penis. Seperti ini
contohnya."
Aristoteles berlutut di depan Hephaestion dan mulai mengulum kontol
itu ke dalam mulutnya. Hepheastion yang sama sekali tidak mnegenal
seks, terkejut dan ingin melangkah mundur, tapi Aristoles memegangi
kedua kaki Hephaestion. Pemuda tampan itu hanya dapat berdiri dengan
lutut yang bergetar, berusaha keras menahan rasa nikmat yang dirasakan
kontolnya. Wajah Hephaestion menunujukkan raut kesakitan, tapi dia juga
tersenyum. Alexander terpesona menyaksikan gurunya menyepong kontol
sahabatnya itu. Penasaran, Alexander bangun dari kursinya dan
berjongkok di depan gurunya. Mata Alexander berbinar-binar, mencoba
mempelajari cara fellatio yang baik dan benar. Aristoteles, dengan
berat hati, melepaskan kontol muridnya itu.
"Cara fellatio yaitu menghisap kontol sekuat-kuatnya sambil
menjilat-jilati bagian kepala kontol. Selama fellatio, pastikan gigi
kalian tidak mengenai kontol sebab rasanya akan sangat sakit sekali."
Berpaling pada Alexander, dia berkata, "Sekarang giliranmu, Alexander. Coba kau sedot kontol Hepaestion. Beri dia kenikmatan."
Tanpa ragu, Alexander langsung menyambar kontol Hephaestion yang
sudah menegang damn belepotan ludah Aristoteles dan mulai menyedotnya
sekuat mungkin.
"Aarrgghh!!" Hephaestion mengerang-ngerang sambil
menggeliat-geliat. Secara refleks, dia ingin menghindar namun
Aristoteles memeganginya dan memastikan dia tidak kabur.
".. Aarrgghh.. Uuugghh.. Ooohh.." Hephaestion mulai terhanyut
sedotan Alexander yang kuat itu dan membiarkan sahabatnya membawa
dirinya ke puncak orgasme.
".. Aaahh.. Uuugghh.. Aaahh.. Uuuhh.." Tiba-tiba, Alexander
menghentikan sedotannya dan memandang gurunya dengan wajah kebingungan.
"Guru, kontol Hephaestion mengeluarkan cairan yang asin. Di lidahku, cairan itu terasa licin. Cairan apa itu?"
"Alexander, cairan yang Hepheastion keluarkan itu namanya precum.
Cairan itu dikeluarkan ketika kontol terangsang, digunakan untuk
melumasi vagina atau lubang anus. Agar saat mengentot, kontol tidak
akan tergesek-gesek terlalu keras. Guru juga mulai mengeluarkan precum.
Lihat ini."
Tanpa malu, guru bejat itu menarik kulupnya turun dan mengekspos
kepala kontolnya. Nampak kontol Aristoteles sudah basah dengan precum.
Saat Alexander dan Hephaestion mendekat untuk mengamati kontol itu,
cairan precum yang baru mengalir keluar. Dan kedua pemuda itu berdecak
kagum, menyaksikan peristiwa mesum itu. Agar tidak terganggu, Aristotls
melepas semua pakaiannya dan berdiri telanjang bulat. Dia juga
menyarankan hal yang sama pada kedua muridnya itu. Kini, mereka bertiga
sudah telanjang bulat dengan kontol ngaceng. Bagi Alexander dan
Hephaestion, pelajaran hari itu merupakan pelajaran yang paling
mengasyikkan.
"Alexander, lanjutan fellatio-mu. Lakukan sampai Hephaestion
berejakulasi dan memuntahkan spermanya. Ingat, sperma atau pejuh itu
harus kamu telan, sebab pejuh merupakan sumber kekuatan seorang pria.
Dengan menelan pejuh berarti kamu telah menambah kekuatanmu. Rasanya
agak asin atau pahit, tergantung masing-masing orang. Ayo, Alexander.
Lakukan sekarang."
Dengan patuh, Alexander pun kembali menyepong kontol sahabatnya itu.
".. Mmm.. Mmmpphh.. Mmmpphh.."
Nampaknya dia sangat menikmati kontol. Aristoteles
tersenyum-senyum, senang bahwa kedua muridnya sangat menyukai
homoseksualitas. Itu berarti, nanti dia bisa mengentotin keduanya!
Dasar Aristoteles bejat! Sesekali Aristoteles mengajarkan cara-cara
ampuh merangsang kontol dan Alexander menurutinya. Hephaestion-lah yang
keenakkan, mengerang-ngerang dan menggeliat-geliatkan tubuhnya yang
indah. Meskipun Alexander and Hephaestion masih muda, namun tubuh
mereka mulai berotot, akibat latihan militer yang mereka jalani.
"Aaarrgghh.. Aarrgghh.." Hephaestion mulai mengerang-ngerang keras.
Aristoteles tahu sekali bahwa muridnya itu akan ngecret. Namun
Alexander masih polos dan tidak mengetahuinya. Dia terus menyedot
sampai tiba-tiba.. Cccrroott!! Cccrroot!! CCcrroott!!
Sejumlah cairan panas tumpah ruah di dalam mulutnya. Secara
insting, dia ingin memuntahkannya. Lagipula rasanya aneh. Namun
Aristoteles menyuruhnya untuk menelan pejuh temannya itu. Maka
Alexander menurut. GLUP! Pejuh Hephaestion bergerak turun ke dalam
perut Alexander. Untuk sesaat Alexander dibingungkan oleh apa yang baru
saja terjadi. Namun dia senang melihat semuanya puas.
"Rasanya aneh, Guru, tapi saya suka. Guru, bolehkah Hephaestion menyedot kontolku juga? Saya ingin merasakan di-fellatio."
Tersenyum puas, Aristoteles mengangguk-ngangguk. Permainan homoseks
itu pun kembali dilanjutkan. Hephaestion berlutut sementara Alexander
duduk. Mula-mula Hephaestion agak takut, namun dia ingat bagaimana
Alexander telah memberikan kepuasan padanya. Merasa berhutang budi,
pemuda lugu itu pun mencaplok kontol Alexander dan segera menyedotnya.
"Aarrgghh!! Uuugghh!!" Alexander langsung kelojotan.
Belum pernah dia merasakan sensasi seperti itu. Rasanya nikmat
sekali saat lidah Hephaestion yang hangat membungkus kepala kontolnya
dan terus menggosok-gosoknya. Sementara Hephaestion langsung menyukai
kontol Alexander. Precum yang keluar dari kontol itu langsung dijilat
habis. Hephaestion nampaknya seorang homoseksual asli.
Selama bermenit-menit, oral seks itu terjadi. Aristoteles hanya berdiri di dekat mereka sambil mengocok kontolnya.
".. Aaahh.. Uuuhh.. Ooohh.." erangnya, melihat persetubuhan sejenis antar kedua muridnya itu.
Tak kuasa menahan nafsunya, dia pun menarik kepala Alexander dan
mengisyaratkan bahwa dia ingin dihisap Alexander. Sang pangeran muda
itu pun menurut. Oral seks antara mereka bertiga pun dimulai. Siapa pun
yang melihat pasti akan terangsang habis. Erangan nikmat keluar dari
mulut mereka dan desah napas mereka menguat. Nafsu telah menyelubungi
mereka dan sebentar lagi, mereka akan meledak.
Alexander yang pertama pucat dan bernapas tersengal-sengal.
Kontolnya berkedut-kedut, minta pelepasan. Dan pelepasan itu pun tiba
tepat pada saatnya.
"Aarrgghh!!"
Dan Ccrroott!! Cccrroott!! Cccrroott!!
Pejuhnya muncrat dan tumpah ke dalam mulut Hephaestion. Dengan
rakus, Hephaestion menelannya habis. Aaahh.. Nikmat. Sementara
Alexander masih diguncang orgasme, Arostoteles mencapai orgasmenya.
"AaarrgghhH!! Alexander, Guru akan ngecret! Aaahh!! Telan pejuh Guru.. Aarrgghh!!"
Dan Ccrroott!! Ccrroott!! Cccrroott!!
Aristoteles mengejang-ngejang dan mengerang-ngerang. Hephaestion
yang sudah selesai menyepong Alexander, menatap gurunya dengan tatapan
terpesona. Dia tak menyangka gurunya bisa berorgasme sehebat itu.
Nampak sekali Aristoteles sangat menikmati sesi orgasmenya. Dan
tuntaslah semua.
Mereka bertiga duduk di tanah, terengah-engah, bermandikan
keringat. Namun Aristoteles masih belum puas, sampai dia merebut
keperjakaan Alexander dan Hehaestion. Maka guru bejat itu pun berkata.
"Kini pelajaran anal sex. Anal sex adalah penetrasi lubang anus
oleh kontol, biasanya pada sesama lelaki. Nama lainnya sodomi, diambil
dari nama kota Sodom yang penduduknya senang saling menyodomi.
Berhubung waktu kita tinggal sedikit, maka Guru hanya akan
memperagakannya pada kalian berdua bergantian. Kalian lihat dan
nikmati. Seusai sekolah, kalian bisa saling mempraktekkannya di rumah
masing-masing. Saat kontol masuk ke dalam anus, rasanya akan sakit
sekali. Tapi kalian harus tahan, sebab kalian ini laki-laki sejati!
Untuk membantu kontol masuk lebih mudah, kalian harus ngeden seperti
sedang buang air besar. Lalu nikmati entotannya sampai perut kalian
penuh dengan sperma. Jangan takut, murid-muridku. Anal seks itu nikmat.
Guru juga sering disodomi dan guru menyukainya. Kalian juga akan suka.
Lihat saja. Guru akan mulai dengan Alexander."
Pemuda tampan itu maju ke depan dan membiarkan dirinya diatur oleh
gurunya. Aristoteles menginginkan gaya anjing, maka Alexander disuruh
berlutut dengan kedua kaki dan tangannya. Alexander merasa aneh, namun
dia ingin sekali mempelajari anal seks. Anusnya berkedut-kedut saat
kontol gurunya mulai memaksa masuk. Rasanya mulai sakit.
".. Aaarrgghh!! Oohh!! Aaarrgghh!!"
Dan PLOP! Mereka berdua menghela napas lega, namun jalan masih
panjang. Saat Aristoteles mulai menggenjot adalah saat-saat penderitaan
Alexander. Pangeran muda itu merasa sangat kesakitan, seolah-olah
pantatnya akan sobek dan terbelah. Hephaestion sampai ketakutan melihat
raut wajah Alexander yang menunjukkan rasa sakit yang teramat sangat.
Namun Aristoteles mengatakan bahwa itu normal. Aristoteles
mengerang-ngerang semnetara kontolnya keluar masuk lubang Aleander.
Tapi kemudian ia berhenti dan menarik kontolnya keluar. PLOP!
Hephaestion dipanggil maju ke depan, dan dia pun disuruh nungging
seperti anjing. Teman Alexander itu diposisikan berdempetan dengan
Alexander, agar Aristotels bisa dengan mudah berganti pantat. Pemuda
malang itu mengerang kesakitan ketika anusnya yang perjaka itu diserang
kontol gurunya. Alexander hanya meringis saja, teringat akan rasa sakit
pada anusnya. Hephaestion terus saja mengerang-mgerang, seperti orang
yang sedang disiksa. Namun kontol kedua pemuda itu terus menerus
ngaceng, menikmati sesi homoseks mereka. Meskipun sakit, namun mereka
tetap menginginkannya. Secara alamiah, mereka berdua memegangi kontol
masing-masing dan terus mengocoknya sementara Aristoteles mengentotin
mereka secara bergantian.
Menit-menit berlalu dan Aristotels mulai tak tahan lagi. Dia harus ngecret!
"Aarrgghh!! Guru akan ngecret!! Siap-siap!!"
Dan Cccrroott!! CCcrroott!!
Aristoteles menembakkan pejuhnya ke dalam pantat Alexander. Baru
pertama kali disodomi dan dibanjiri sperma, Alexander melenguh-lenguh
keenakkan. Namun belum tuntas Aristotels ngecret, dia langsung
mencabutnya dan menusukkan kontolnya yang masih menyemprotkan sperma
masuk ke dalam pantat Hephaestion.
Cccrroott!! Cccrroott!! Cccrroott!!
Arsitoteles mengerang-erang sambil kelojotan. Nikmat sekali
ngentotin 2 pantat dan ngecret di dalam 2 pantat sekaligus! Hephaestion
sangat menikmati sodokan kontol gurunya. Dia sangat senang menerima
pejuh gurunya, berkeyakinan bahwa kepintaran gurunya akan berpindah
pada dirinya.
".. Aaahh.." desah Aristoteles saat pejuhnya habis. PLOP! Kontolnya pun tercabut.
Sementara itu Hephaestion dan Alexander masih diburu orgasme dan
mereka akan ngecret sebentar lagi. Alexander ngecret duluan. Spermanya
tersembur ke depan, jauh sekali. Aristoteles kagum melihat pancuran
pejuh anak muda.
"Aarrgghh!! Aarrgghh!!" erang Alexander, mengejang-ngejang, mirip kuda liar.
Melihat sahabatnya disiksa orgasme memicu Hephaestion untuk
ngecret. Dia pun segera menembakkan spermanya. Pejuh Hephaestion
tersemprot ke depan juga, anmun pejuh Alexander tersemprot lebih jauh.
Dan usailah pelajaran homoseks mereka.
Hephaestion tersenyum-senyum sendiri saat dia mengingat masa-masa
indah itu. Dipeluknya tubuh Alexander dan membiarkan kantuk membawa
dirinya. Degup jantung Alexander terdengar jelas berhubung kepala
Hephaestion berbaring di atas dada telanjang Alexander. Alexander
membelai-belai rambut kekasihnya itu, dan berharap mereka dapat bersama
untuk selama-lamanya. Tragis sekali bahwa mereka tidak menyadari bahwa
malam itu adalah malam terakhir mereka bersama-sama.